Emas dianggap sebagai investasi yang stabil karena tidak terpengaruh oleh inflasi. Harga emas telah naik secara signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Apa yang meresahkan para investor sehingga mereka ‘berburu’ emas?
Di masa yang penuh ketidakpastian dan prospek masa depan suram, banyak orang takut kehilangan uang mereka. Investor pun memiliki repon yang sama untuk memilih investasi aman saat krisis. Emas memiliki nilai yang stabil, tak terpengaruh inflasi, aman dari pemotongan mata uang, serta kebal terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang.
emas – yakni 31,1 gram emas – sudah berharga lebih dari 2.900 dolar AS (atau sekitar 47 juta Rupiah). Ini berarti bahwa harga emas telah mencapai rekor tertinggi selama 8 tahun belakangan.
London adalah pasar emas paling berpengaruh, karena merupakan rumah bagi London Bullion Market Association, yang sejak 1919 menetapkan harga pasar global untuk perdagangan emas. Pusat perdagangan emas lain di Cina, India, Timur Tengah, dan Amerika Serikat juga turut ambil peran, meski tidak begitu signifikan.
Meningkatnya permintaan logam mulia saat ini bermula di AS. Bagi Frank Schallenberger, pakar komoditas di Landesbank Baden-Württemberg (LBBW), sangat jelas siapakah penyebabnya. Alasan utama lonjakan harga emas, jelasnya kepada DW, adalah “kebijakan bea cukai AS saat ini. Hal ini menyebabkan ketidakpastian di pasar keuangan dan karenanya, emas sekali lagi diminati sebagai ‘safe haven’ atau aset aman.”
.” Dia menambahkan pada DW, “faktor-faktor yang biasanya berpengaruh seperti nilai dolar AS dan suku bunga, tidak memainkan peran penting dalam kenaikan harga saat ini.”
Spekulasi internet
. Ramalannya, 10 tahun lalu, sebuah “krisis ekonomi besar-besaran” akan terjadi pada tahun 2025. Dia merekomendasikan untuk “berfokus pada swasembada dan kegiatan kewirausahaan” dan mengutamakan investasi “emas, perak, dan Bitcoin”.
Di sisi lain, para ekonom di Goldman Sachs menunjuk bank-bank sentral. Perdagangan emas biasanya berorientasi pada suku bunga utama. Pada saat suku bunga rendah, investasi dalam logam mulia menjadi sangat berharga. Ada juga keistimewaan dalam sistem pajak Jerman, “yang membuat investasi dalam aset fisik menjadi bebas pajak setelah dua belas bulan.”
Bank-bank mendukung pembelian emas
Ada banyak peminat emas: Individu pribadi yang ingin menjaga aset mereka tetap aman, investor korporat yang tidak lagi mendapatkan keuntungan yang signifikan dan ingin mengamankan aset mereka dalam wujud logam mulia, dan juga pasar nasional. Menurut ekonom Commerzbank, Fritsch, bank sentral berpotensi “mendukung kenaikan harga melalui pembelian emas secara masif.”
Kekhawatiran risiko adanya sanksi keuangan biasanya menjadi alasan bagi bank sentral untuk membeli emas. Hal ini juga berlaku di negara berkembang, di mana kekhawatiran akan terpuruknya ekonomi nasional akibat gangguan perdagangan global atau saat negara mereka terjebak dalam konflik antara adidaya ekonomi. Menurut Goldman Sachs Research, pembelian emas di negara-negara ini telah meningkat secara signifikan setelah diterapkannya sanksi terhadap Rusia sebagai respon invasi ke Ukraina tahun 2022.
Akankah harga emas menyentuh angka USD 3000 di masa mendatang? Frank Schallenberger dengan yakin menyatakan bahwa “Saat ini kita hanya berjarak sekitar dua persen dibawah angka USD 3000, saya rasa ambang batas harga ini akan segera tercapai.”
pada akhir 2025.
Lonjakan harga emas akan cepat berakhir?
Tetapi World Gold Council (WGC), sebuah organisasi lobi untuk industri pertambangan emas, memberikan gambaran optimistik kedepannya, “Kami berasumsi bank-bank sentral akan terus mendukung pembelian emas sepanjang 2025 dan lebih banyak investor akan masuk ke reksa dana yang diperdagangkan pada bursa emas,” kata pakar WGC, Louise Street, di Manager Magazin. Namun, “Jual beli emas sebagai perhiasan kemungkinan akan terus melemah dikarenakan harga emas yang tinggi dan melemahnya pertumbuhan ekonomi yang mengurangi daya beli konsumen.”
Akhir dari ledakan pasar emas sudah di depan mata, kata Frank Schallenberger. Akan segera terjadi pengambilan keuntungan dengan penjualan aset emas tersebut. “Selanjutnya di tahun ini, permintaan perhiasan melemah, menurunnya permintaan koin, emas batangan dan pembelian emas oleh bank-bank sentral, akan membuat harga emas kembali turun,” katanya kepada DW.
Rekannya, Carsten Fritsch dari Commerzbank, juga memprediksi akhir dari ‘ledakan’ ini: “Permintaan emas di Cina dan India akan melambat secara signifikan dikarenakan kenaikan harga mencapai rekor harga tertinggi. Bagaimanapun juga, kedua negara tersebut menyumbang separuh dari permintaan emas swasta.” Bank-bank sentral akan memainkan peran yang sama dalam jangka menengah: “Karena penurunan suku bunga akan segera berakhir, harga emas kemungkinan tidak akan mendapatkan dukungan lebih lanjut,” ujarnya.
Diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman
ind:content_author: Dirk Kaufmann
