Drama
Saat Hidup Memberikan Kamu Jeruk Kecil
Menjadi pembicaraan hangat dalam beberapa hari terakhir, Park Bo Gum serta UI berhasil menghidupkan karakter tersebut.
chemistry
mereka bertujuan mengajak penonton merasakan kehidupan dan cerita cinta dalamnya.
Tidak mengherankan jika Yang Gwan Sik (Park Bo Gum) dijuluki sebagai suami impian.
green flag
oleh para
netizen.
Mulai dari jadi pendengar yang paling baik hingga bersedia melintasi samudera dengan berenang, hal itu menunjukkan kasih sayang Yang Gwan Sik kepada Oh Ae Sun dalam sinetron Korea tersebut.
Saat Hidup Memberikan Kamu Jeruk Mangga
1. Pastikan selalu menyediakan makanan bagi Ae Sun
Sejak usia dini, Gwang Sik sudah sering mengantarkan makanan kepada Ae Sun. Ibunda dari Ae Sun merupakan seorang
haenyeo
Penyelam wanita berpengalaman di Pulau Jeju guna mengumpulkan hasil laut. Sementara itu, Gwang Sik sering diberikan tugas untuk membeli produk laut langsung dari para penyelam tersebut, karena dia berasal dari keluarga dengan toko ikan sendiri.
haenyeo,
termasuk ibu Ae Sun.
Karena alasan ini, mereka berdua sering bersua dan menuntut ilmu di lokasi yang sama. Hidup Ae Sun tidak selezih seperti hidup Gwang Sik. Dia mengalami diskriminasi dari pihak keluarga bapaknya serta kurang mendapat asuhan makanan secukupnya. Mengetahui situasinya, Gwang Sik acapkali menyodorkan hasil tangkapan laut beserta barang lain kepada Ae Sun, yang ia peroleh dari warung milik familiya.
2. Jadilah pendengar yang baik
Gwan Sik selalu tampil sebagai pendengar yang teliti bagi Oh Ae Sun. Dari usia muda, dia telah memperhatikan impian dan ambisi Hae Sun serta membantu melewati tiap tantangan dalam kehidupan Ae Sun. Keterbukaan ini turut berkontribusi pada hubungan komunikatif antara keduanya sepanjang perjalanan rumah tangga mereka. Gwan Sik juga senantiasa mencakup pandangan Ae Sun saat menentukan pilihan penting bersama-sama.
3. Terus mendampingi Ae Sun
Di luar sebagai pendengar yang baik, Gwan Sik tetap setia mendampingi Ae Sun. Dia hadir untuk Ae Sun ketika ia menantikan sang ibu usai penyelaman, menghibur Ae Sun sewaktu menangis berduka atas kematian ibunya, hingga melarikan diri bersama ke Busan demi merencanakan masa depan mereka. Meski pada akhirnya, kedua orang tersebut ditahan dan dipulangkan kepada keluarganya masing-masi di Jeju.
4. Menolong Ae Sun dalam pengurusan keluarganya
Si Kecil Ae Sun yang baru berumur 10 tahun terpaksa merawat dua saudaranya setelah sang ibu meninggal dunia, dan dia pun jadi pemegang peran utama dalam mencari nafkah lantaran bapak tiri-nya tidak mau bekerja. Walaupun tampak sulit, bukan Ae Sun saja yang menempuh ini semua. Gwang Sik selalu ada disampingnya untuk membantu Ae Sun.
Mereka berdua merawat kebun bersama-sama, hingga suatu hari tanpa diminta, Gwang Sik menjual sayuran kol dari kebun Ae Sun yang terletak persis di samping tokonya. Meskipun begitu, Gwang Sik juga membangunkan sebuah bangku bagi Ae Sun agar bisa duduk dan tidak mengganggu waktunya bercerita, padahal ini menyebabkannya harus menangani kedua warung tersebut.
5. Tidak bermaksud menghambat kegembiraan
Setelah pulang ke Jeju pasca pergi sebentar, Ae Sun terpaksa hengkang dari sekolah dan menikahi pria berduit yang dapat memberi jaminan finansial bagi dirinya. Meski awalnya enggan, pada akhirnya Ae Sun setuju karena dipaksa ibu Gwang Sik agar meninggalkan buah hatinya sendiri.
Gwang Sik merasa kesal dan tidak mau menerima ide bahwa Ae Sun harus menikah dengan pria lain. Dia memindahkan seluruh barang milik keluarganya ke dalam daftar harapan sebagai tanda dia sanggup menyokong Ae Sun. Meskipun begitu, keluarganya tetap berlawanan pendapat tentang hal ini sampai akhirnya Ae Sun sendiri yang memberi tahu Gwang Sik.
Gadis pencinta puisi itu menyampaikan bahwa Gwang Sik tidak akan mampu membuatnya bahagia atau memberinya impian-impian Ae Sun jika mereka berumahtangga. Sahabat kecilnya itu justru akan menghambat impiannya serta kegembiraannya. Sebenarnya, ungkapan tersebut dari Ae Sun bertujuan supaya Gwang Sik dapat meraih kehidupan yang lebih baik sebagai seorang atlit layaknya apa yang disebutkan oleh sang ibu. Akibatnya, keduanya memutus hubungan sementara waktu dan Gwang Sik pindah ke Seoul demi masa depanya.
6. Bersedia menyeberkan lautan demi berkumpul dengan pujaan hati
Pada hari ketika Gwang Sik meninggalkan Seoul, Ae Sun dan tunangan barunya hendak mengambil foto bersama. Tetapi, Ae Sun menyadari bahwa rasa cintanya hanyalah milik Gwang Sik dan dia bermaksud untuk tetap bersamanya. Dengan segala kemampuannya, Ae Sun berlomba-lomba menuju pelabuhan. Ironisnya, kapal yang menaungi Gwang Sik telah melaju jauh dari tepi pantai.
Dalam kebisingan kapal tersebut, Gwang Sik mendengarkan teriakan Ae Sun dari tepian dermaga. Dia mencoba mengajak kapten agar memutari arah kapal, namun tidak berhasil. Kemudian, dengan semangat yang teguh, Gwang Sik melompat dari atas kapal dan berenang menuju Ae Sun yang sedang ada di pesisir pantai. Setelah bersua mereka pun merapat erat dalam pelukannya sebelum pada akhirnya keduanya menikah.
7. Memastikan terpenuhinya semua kebutuhan
Sebagai sepasang suami istri yang masih muda dan diberkahi dengan seorang anak berusia 19 tahun, Gwang Sik bertanggung jawab atas biaya keluarganya. Untuk menghidupi dirinya sendiri, sang anak, serta istrinya, ia bekerja sebagai nelayan. Pada awal pernikahan mereka, keduanya menempati rumah milik keluarga Gwang Sik.
Sayangnya, keluarga itu tetap memegang teguh sistem patriarkis yang kuat. Ae Sun, yang tidak disenangi oleh keluarga Gwang Sik, sering kali menjadi objek diskriminasi dengan anggapan bahwa roh ibunya selalu berada di sekitarnya. Dia juga acapkali ditembak dengan kacang merah serta dikritik keras hanya karena belum juga memiliki kehamilan yang melahirkan seorang anak lelaki.
8. Seorang suami yang mendukung istrinya walaupun keluarganya bersifat patriarchal.
Sering kali Ae Sun mengalami berbagai bentuk ketidakadilan selagi hidup serumah dengan keluarga Gwan Sik. Suaminya tidak menyadarinya karena Ae Sun enggan memberi beban kepada Gwang Sik; sebaliknya, dia malah akan dihakimi lebih lanjut oleh ibu serta nenek mertuanya.
Ketika mengetahui bahwa istrinya dan anaknya ditangani dengan buruk oleh keluarganya sendiri, Gwang Sik langsung berdiri melindungi istrinya di hadapan ibunya serta neneknya. Dia segera mengambil langkah untuk memboyong keluarganya yang lebih kecil tersebut meninggalkan tempat tinggal keluarga besar mereka.
Gwang Sik dan Ae Sun menetap di suatu tempat yang cukup sederhana. Walau demikian, mereka berdua merasakan kebahagiaan yang luar biasa dalam hubungan mereka. Yang lebih menggembirakan lagi, Ae Sun segera mengandung anaknya sesudah pergi jauh dari keluarga Gwang Sik.
Siapa yang juga
baper
dengan Gwang Sik?





