ICOBAR 2025 Undang 25 Ilmuwan dari 20 Negara di Tangerang

ICOBAR 2025 Undang 25 Ilmuwan dari 20 Negara di Tangerang

Liputan Jurnalis, BantenMedia, Gilbert Sem Sandro

BantenMedia, TANGERANG– Binus mengadakan sebuah forum yang dihadiri oleh International Conference on Biospheric Harmony (ICOBAR) dan Forum Ilmiah Diaspora Indonesia (FIDI).

Read More

Mengusung tema ‘Tantangan Global terkait Ketahanan Biosfer dan Keberlanjutan Lingkungan Hidup’, kegiatan yang berlangsung di Kampus Binus Alam Sutra, Kota Tangerang ini berlangsung selama dua hari hingga Minggu (24/8/2025).

ICOBAR-FIDI adalah forum ilmiah global yang mengumpulkan para peneliti, akademisi, praktisi industri, pengambil kebijakan, serta ilmuwan Indonesia yang tinggal di berbagai negara untuk berdiskusi, bertukar informasi hasil penelitian, dan menciptakan kerja sama strategis.

Hal ini diungkapkan oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pemindahan Teknologi Universitas Binus, Juneman Abraham saat diwawancarai oleh jurnalis.

“Tema Global Synergy for Biospheric Resilience ini sangat menekankan peran penting kerja sama lintas batas dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin rumit, termasuk perubahan iklim, penurunan keanekaragaman hayati dan krisis sumber daya alam,” ujarnya, Sabtu (23/8/2025).

Forum tersebut menghadirkan tokoh-tokoh ilmuwan nasional dan internasional sebagai pembicara utama. Setidaknya terdapat peneliti, akademisi, pembicara hingga profesor dari 20 negara yang turut hadir.

Seperti para ahli dari Harvard Medical School, Universitas Tokyo, Constructor University Bremen, Universitas Otago, hingga Universitas Indonesia.

Selain itu, sejumlah ilmuwan yang terlibat dalam kegiatan tersebut sangat antusias dalam membahas berbagai isu yang sedang dihadapi masyarakat global saat ini.

Pemerintah diharapkan dapat melibatkan para ilmuwan dalam merancang kebijakan berkualitas yang dapat disampaikan kepada masyarakat secara efektif dan efisien.

“Bukan hanya berfokus pada proyek, tetapi benar-benar didasarkan pada ilmu pengetahuan, karena isu lingkungan ini tidak hanya dihadapi oleh Indonesia, tetapi juga oleh kawasan seperti Asia Tenggara bahkan secara global,” katanya.

“Diskusi dapat dimulai dari isu ketahanan energi yang lalu, kemudian ketahanan budaya dan situasi dunia yang saat ini sedang menghadapi konflik perang serta seterusnya,” katanya.

Kerja sama ini diharapkan tetap berjalan terus, meskipun sebelumnya Diaspora juga pernah bekerja sama dengan Kementerian Riset Dikti serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Menurutnya, para peneliti di bidang pendidikan dan keilmuan dapat berkontribusi serta memberikan dukungan terhadap gagasan tersebut karena sejalan dengan Astacita Indonesia.

Oleh karena itu, forum ilmiah tersebut mampu memperkuat kontribusi Indonesia dalam mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDGs) dengan pendekatan ilmiah yang kolaboratif dan berfokus pada solusi.

Terutama organisasi ilmuwan Indonesia di luar negeri dikatakan memiliki visi untuk membangun kerja sama pengetahuan antara para diaspora dan lembaga di dalam negeri.

“Kolaborasi ini diharapkan mendorong perubahan ilmu pengetahuan menjadi kebijakan dan penerapan yang bermanfaat untuk pembangunan Indonesia,” katanya.

“Karena kemitraan antara I-4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional) dan ICOBAR-FIDI adalah langkah penting dalam memperkuat kerja sama ilmiah antara para ilmuwan Indonesia di luar negeri serta akademisi dalam negeri guna memberikan dampak terhadap pertukaran ide dan solusi berbasis sains,” katanya. (m28)

 

Peroleh informasi tambahan dari BantenMedia melalui saluran Whatsapp di sini

Baca berita BantenMedialainnya diGoogle News

Related posts