BANTENMEDIA – Kejadian mengerikan mengguncang penduduk Ciputat, Tangerang Selatan.
Seorang anak kecil berusia 4 tahun dengan inisial MA meninggal dunia setelah mengalami luka lebam di tubuhnya. Yang lebih mengejutkan, pelaku penganiayaan diduga merupakan orang tua kandung korban sendiri.
Kejadian menyedihkan ini terjadi di awal bulan Agustus tahun 2025, dan saat ini sedang ditangani oleh Polres Tangerang Selatan.
Kepala Kepolisian Resor Tangerang Selatan, AKBP Victor Inkiriwang, menyampaikan bahwa kedua orang tua korban telah ditetapkan sebagai tersangka.
Anak kecil tersebut meninggal di sebuah rumah sakit dengan tanda memar di tubuhnya.
Peristiwa mengerikan yang menimpa anak kecil ini membuat publik kaget.
Ternyata penyebab kematian balita tersebut bukanlah orang lain, melainkan orang tua kandungnya sendiri.
Kepala Kepolisian Resor Tangerang Selatan, AKBP Victor Inkiriwang menyampaikan bahwa tersangka yang membunuh balita tersebut adalah kedua orang tua korban, ayahnya dengan inisial AAY dan ibunya dengan inisial FT.
Sekarang orangtua korban tersebut telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus kekerasan fisik terhadap MA, putra kandungnya sendiri.
“Aay (ayah korban) dan MA (ibu korban) telah kami tetapkan sebagai tersangka,” kata Victor saat diwawancara di Polres Tangsel, Serpong, Jumat (8/8/2025).
Victor kejadian itu dimulai ketika korban diduga mengucapkan kata-kata kasar kepada orang tuanya, sehingga memicu emosi ayahnya.
“Karena emosi yang tidak terkendali, AAY akhirnya melakukan kekerasan fisik terhadap anak tersebut,” kata Victor.
Dalam situasi ini, pihak kepolisian juga menetapkan FT, yang merupakan ibu dari korban, sebagai tersangka kedua.
Namun, FT tidak ditahan dengan pertimbangan kemanusiaan.
“Kami tidak menahan ibu korban karena yang bersangkutan masih memiliki anak berusia 1,5 tahun yang memerlukan pengasuhan langsung,” kata Victor.
Di tempat yang berbeda, Priyanti, tetangga pelaku, menceritakan kehidupan sehari-hari keluarga pelaku dan korban. Pasangan suami istri itu dikenal tertutup dan jarang berinteraksi dengan tetangga. Selama ini, mereka hanya terlihat pergi pagi hari dan kembali malam hari.
“Kami jarang bertemu. Mereka pergi pagi hari, kembali malam, terkadang sampai pukul 10 atau 11 malam, kebanyakan kami sudah pulang lebih dulu,” kata Priyanti.
“Semua (pergi) ketika mereka pergi bekerja,” tambahnya.
Menurut Priyanti, ibu dari korban jarang berinteraksi dengan warga sekitar. Ia dianggap tertutup dan hanya terlihat saat pergi dan pulang bekerja.
“Tidak pernah keluar, hanya pergi kerja dan pulang. Tidak pernah berinteraksi dengan warga,” katanya.
Berbeda dengan istrinya, suami korban terkadang masih menunjukkan interaksi singkat dengan beberapa tetangga, termasuk dengan suaminya.
Priyanti menyebutkan bahwa tangisan anak yang sering terdengar dari dalam rumah sempat menimbulkan kecurigaan warga dan membuat mereka mengetuk pintu, tetapi selalu mendapatkan jawaban singkat dan menenangkan.
“Jika anak menangis, yang biasanya dijawab adalah, ‘tidak apa-apa, bibi, menangis saja’,” kata Priyanti.
Selanjutnya, Priyanti mengakui baru mengetahui berita kematian anak tersebut setelah pelaku menelepon, memberitahu bahwa anaknya meninggal di rumah sakit dan meminta izin untuk membawa jenazah ke kontrakan.
“Awalnya dia menelepon ke sini, berkata, ‘Anak saya meninggal di rumah sakit, bisakah dibawa pulang,” kata Priyanti
Menurutnya, warga sempat memberikan izin, meskipun belum memahami dengan jelas apa yang sedang terjadi. Mereka kemudian menunggu hingga pukul satu pagi, tetapi jenazah belum juga tiba.
Namun, bukan jenazah yang tiba, melainkan petugas kepolisian yang datang beberapa saat kemudian. Dari sana diketahui fakta bahwa korban diduga meninggal karena dihukum oleh ayahnya sendiri.
“Menunggu hingga pukul satu, tiba-tiba polisi yang datang,” lanjutnya.
Saat tiba di tempat kejadian, petugas kepolisian langsung menyampaikan bahwa ada dugaan tindak pidana pembunuhan.
“Polisi berkata, ‘Di sini tadi ada seorang lelaki Batak tidak?’ Lalu mereka mengatakan, ‘Di sini ada pembunuh.’ Kami semua kaget dan langsung bertanya, siapa yang dibunuh? Ternyata anaknya sendiri,” ujar Priyanti.
