Pelatih Timnas Indonesia Menyesali Keputusan Anaknya Tinggalkan Liga Belanda Terlalu Cepat

Pelatih Timnas Indonesia Menyesali Keputusan Anaknya Tinggalkan Liga Belanda Terlalu Cepat


Justin Kluivert, yang merupakan anak dari tim nasional sepak bola Belanda, menyatakan bahwa dia merasa sudah melakukan kekeliruan dengan hengkang dari Ajax Amsterdam serta liga negaranya pada tahun 2018.

Kluivert memulai kariernya di tim junior Ajax dari tahun 2016 hingga 2017, dan setelah itu bergabung dengan tim senior Ajax yang berlangsung sampai tahun 2018.

Di bawah umur 20 tahun, ia dengan cepat menunjukkan bakatnya sebagai talenta muda yang luar biasa.

Di musim 2017-2018, pemain yang lahir pada tanggal 5 Mei 1999 sukses mengemas 10 gol dari total 30 pertandingan di kompetisi Eredivisie.

Pada musim yang sama pula, sang pelatih dari tim nasional Indonesia melihat putranya yang bongsu mulai dipilih untuk bermain di tim nasional Belanda.

Di musim panas tahun 2018, klub sepak bola dari Liga Italia, AS Roma, merekrut Kluivert.

Sial untuk Kluivert, perpindahan itu justru menyebabkan karirnya terhenti sejenak.

Dia tidak berhasil mendapatkan posisi inti di AS Roma dan hanya tampil sebanyak 68 kali di segala ajang dalam kurun waktu 3 tahun.

Kluivert kemudian disewakan oleh AS Roma kepada beberapa tim lain seperti RB Leipzig, Nice, serta Valencia.

Karir Kluivert baru memulai lagi petualangannya ketika ia bergabung dengan Bournemouth di Liga Inggris musim lalu.

Justin Kluivert bermain luar biasa sepanjang musim ini dengan mengemas 13 gol dari total 32 pertandingan yang dimainkannya.

Akhirnya, setelah menghilang dari Timnas Belanda sejak perpindahan ke AS Roma, Kluivert kini ditarik kembali oleh Oranye.

Voetbalzone mendapat ungkapan penyesalan dari Kluivert yang merasa terlalu cepat meninggalkan Ajax dan Liga Belanda.

“Saat ini saya merasa baik karena telah mendapatkan sedikit kestabilan dan ketenangan,” ujar atlet yang memiliki tinggi sekitar 171 cm itu.

Saya telah menghabiskan beberapa tahun sebagai pemain pinjaman dan pada waktu tersebut mencari ketenangan merupakan suatu tantangan.

Saya lumayan handal saat bermain untuk Nice namun terkena cedera sehingga harus menjauh dari lapangan selama 8 hingga 9 pekan. Kondisi tersebut sangat tak membantu saya.

Saya keliru pergi dari Ajax di tahun 2018.

Terlalu dini bagi saya. Tujuan saya adalah bermain untuk Barcelona.

Saya rasa berpindah ke Roma merupakan keputusan yang bijak, suatu tindakan yang akan mengantarkan saya lebih dekat kepada Barcelona.

Kini saya barangkali akan berpesan pada Justin muda: ‘Tetap bertahan di Belanda dan terus maju’.

Saya disewakan ke tim lain untuk beberapa tahun.

“Itu bukan pengalaman terbaik.”

Tidak akan saya sarankan bagi pemain-pemain yang lebih muda.

Saat Anda dipinjamkan, tim tidak mengelolakan sebagaimana para pemain dengan status kontrak penuh.

Pastinya mereka berharap dapat mendorong pertumbuhan Anda, namun itu tidaklah menjadi saran yang akan saya dorong.

Pengalaman Justin Kluivert mirip dengan sang bapak.

Kariernya hampir tercoreng saat Patrick Kluivert pindah dari Ajax dan Liga Belanda ke AC Milan pada tahun 1997.

Beruntung bagi Kluivert senior, meskipun tidak sukses di AC Milan pada 1997-1998, ia masih berhasil bergabung dengan Barcelona.

Patrick Kluivert tertolong kondisi Barcelona yang saat itu sedang dilatih mantan juru taktik Ajax yang membesarkan namanya, Louis van Gaal.

Liga Belanda kini punya kedekatan yang kuat dengan Timnas Indonesia.

Sejumlah pemain Skuad Garuda merumput di klub Eredivisie seperti Calvin Verdonk, Mees Hilgers, Dean James, Ivar Jenner, Thom Haye, dan Eliano Reijnders.

Ada pula jebolan klub Liga Belanda lainnya seperti Maarten Paes, Jay Idzes, Ragnar Oratmangoen, dan Rafael Struick.

Sejauh ini kedekatan antara Timnas Indonesia dan Timnas Belanda membuat para pengguna media sosial di tanah air menganggap Oranye sebagai tim pusat sementara skuad Garuda disebut sebagai cabangnya.

Related posts