Diary: Mereka Adalah Sumber Motivasi dan Inspirasi Saya

Diary: Mereka Adalah Sumber Motivasi dan Inspirasi Saya

Kehidupan merupakan serangkaian tantangan beserta solusinya. Hadapi dengan tenang dan tulus karena Allah SWT tidak akan menimpakan kesusahan pada hamba-Nya yang sebenarnya tak dapat menghadapinya. _ Bunda

Kehidupanku tidak pernah betul-betul sederhana, apalagi setelah Ibu meninggalkanku secara permanen ketika aku menginjak usia sembilan tahun. Dari sinilah kehidupanku berubah dengan cepat. Aku serta tiga saudara laki-lakikU harus pindah ke rumah Buyut beserta beberapa sepupuku yang juga telah ditinggal oleh ibunya.

Rumah tersebut meskipun tak besar, namun dipadati oleh gemerlap aktivitas sehari-hari. Bersama empat orang saudara sekutu lainnya, kami harus saling bagi-bagi tempat serta peluang demi pertumbuhan bersama di bawah asuhan Nenek dan Paman. Kita perlu belajar membagikan agar mampu bertahan hidup menghadapi situasi terbatas ini. Di rumah yang menyimpan cerita-cerita sedih dari mereka yang menempatinya.

Meski terdapat berbagai keterbatasan, masih ada sesuatu yang senantiasa menyinari hidup saya: kebaikan hati Nenek, Paman, serta saudara-saudaraku. Mereka-lah yang membentuk diriku menjadi orang yang kuat dan bisa menyelesaikan setiap tantangan dengan lapang dada dan ketabahan.

Elia merupakan saudara laki-laki tertua saya serta juga menjadi inspirasi paling besar dalam hidup saya. Dari usia muda, Elia sudah sering kali memberikan arahan padaku walaupun kadang-kadang agak tegas. Saya masih bisa mengenali setiap detailnya; seperti ketika saya meneteskan air mata rindu kepada ibunda kami, dia berada disana untuk mendampingiku, menyentuh kepalku perlahan sambil berkata, “Mari tetap tegar. Ibu tentunya mengharapkannya agar kita dapat menjalani hari-hari dengan sukacita dan mencapai kesuksessan.”

Kalimat tersebut tertanam kuat di hati saya, menjelma menjadi semacam doa yang senantiasa terpatri dalam pikiran ketika rasa letih dan keinginan untuk menyerah muncul. Kakak laki-laki sebagai figur ibu kedua, tak pernah henti-hentinya menyampaikan harapan dari Ibu pada masa lalu. Benar… Ibuku dulu bermimpi bahwa kita semua akan tetap mencapai ambisi kita meski menghadapi segala kesukaran. Dia juga seringkali memberi dorongan kepada kami supaya melanjutkan pendidikan demi membuka jalan baru bagi diri sendiri. Dialah orang yang selalu membuat kami tidak mudah putus asa.

Menurut katanya; “Kesedihan dalam hidup seharusnya mendorong kita untuk tetap termotivasi dan bekerja keras. Kita perlu meningkatkan kesabarannya serta sifat ikhlash-nya secara konsisten. Saya percaya bahwa segalanya pasti akan membaik.”

Yang dia sampaikan selalu menyegarkan bagi kami, terutama buat saya sang adik bungsu. Syukur alhamdulillah setiap usaha kita membuahkan hasil. Kakak sulungku selalu jadi juara satu di sekolah menengah atasnya hingga akhirnya menjadi pelajar dengan predikat tertinggi secara keseluruhan. Meski menghadapi tantangan kehidupan, kakak Lia tidak pernah patah arang dan senantiasa tunjukkan tekad serta antusiasmenya untuk berkembang dan berubah. Akhirnya ia lulus dari program sarjana di Universitas Padjadjaran (UNPAD).

Gairah tersebut merambah pada kami, yakni para adiknya. Saya bersama kedua kakak saya berhasil menuntaskan pendidikan tinggi. Tak hanya sampai di situ, namun kita semua juga telah mengembangkan jalan hidup sendiri-sendiri. Kesulitan, coba rintangan serta batasan tak membuat kami putus asa. Sang Khaliq telah beri berkah dan kenikmatan dalam perjalanan hidup kami serta merealisasikan tiap impian kami.

Kesuksesan tidak datang begitu saja tanpa adanya pengorbanan serta kasih sayang dari Nenek dan Paman. Keduanya sangat berpengaruh dalam perkembangan hidup kami, yaitu sebagai anak-anak mereka. Nenek adalah janda mantan pekerja di bidang pertanahan; ia hanya wanita biasa yang belum bisa membaca atau menulis. Walau demikian, beliaulah yang memberikan rasa cintadan kasih sayang luar biasa terhadap cucunya tersebut. Dia merawat semua orangtanpa pandang bulu. Uang tunjangan pensiunnya yang pas-pasan —yang seringkali kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari— senantiasa dibaginya secara suci.

Saya dan kakak saya, Lia, merupakan cucu-cucu yang begitu dekat dengan Nenek. Ibu dari kedua kita ini sering kali bercerita tentang semua tantangan yang ia hadapi. Dialah orang yang turut membangun sifat tidak mudah menyerah dalam diriku. Ketulusan serta kesabarannya tak ternilai dengan apapun. Tanpa pandang bulu, dia mau berbagai cinta dan perhatian pada delapan cucunya secara merata termasuk kami berdua.

“Tuhan selalu terjaga, Nak. Dia tentu akan menemukan dan menjawab semua doa hamba-Nya. Jangan sekali-kali meninggalkan doa, sebab doalah yang menjadi sumber kekuatan dalam hidup kita,” kata Nenek pada satu kesempatan. Ketika itu saya sedang membantu dia memasak. Saya sungguh dekat dengannya, bahkan dapat dikatakan sebagai pembantunya yang tetap ada.

Keberhasilan kita tidak dapat dilepaskan dari dedikasi pamanku. Bahkan saat masih lajang, ia telah berkontribusi pada finansial keluarga. Dia dengan sukarela mengambil sebagian gaji untuk menutupi biaya rumah tangga dan mendukung anak-anaknya. Pamanku juga menjadi sumber motivasi bagi kami agar tetap fokus pada pendidikan, khususnya setelah menyaksikan prestasi akademis yang baik di antara cucunya.

Saat ini nenek serta paman saya sudah tidak lagi bersama kita. Saya percaya bahwa segala ibadah yang mereka berikan kepada kami, anak-anak cucunya, akan tetap lestari. Mohon semoga keduanya dikaruniai pengampunan oleh Allah SWT dan diposisikan dalam surga-Nya. Al Fatihah.

Cibadak, 19 Maret 2025

Related posts