Karena kesalahan dalam pengelolaan finansial, hidup menjadi kacau. Harapannya memiliki simpanan besar ternyata terjerembab pada hutang. Ingin pensiun lebih awal agar dapat menikmati kehidupan, tetapi paket pemutusan hubungan kerja telah dihabiskan untuk urusan tak penting. Hasilnya, anak-anak juga merasakan tekanan dan akhirnya masuk kelompok sandwich generation.
Pernahkah kita mendengar kisah Mike Tyson, sang juara dunia tinju yang meraup penghasilan mencapai ratusan juta dolar tetapi kemudian bangkrut akibat pola hidupnya yang boros? Selanjutnya ada Johnny Depp, bintang film Hollywood yang pada suatu waktu telah kehilangan semua hartanya hingga merasakan kesulitan finansial dan berhutang gara-gara cara hidupnya yang tak terbatas.
Jadi, kita akan bahas beberapa kesalahan finansial yang harus kita hindari, agar masa depan keuangan kita aman.
Kesalahan-kesalahan dalam Mengelola Keuangan
Mengatur keuangan tak sekadar bergantung pada jumlah pendapatan, melainkan pula cara menghabiskan uangnya. Kecil pun kesalahan dalam manajemen keuangan dapat memberi dampak signifikan bagi kondisi finansial Anda. Untuk mencegah diri jatuh ke posisi ekonomi yang merugikan, berikut adalah sejumlah kesalahan perencanaan keuangan rutin yang penting untuk dicekal.
1. Mengambil Kebijakan Pembelian Berdasarkan Perasaan
Uang yang semestinya dapat disimpan menjadi terbuang percuma hanya untuk memuaskan kesenangan sesaat. Sebut saja ketika sedang ada diskon besar-besaran online atau berjalan-jalan ke mal dengan tujuan sekadar melihat-lihat tanpa berniat membeli apapun, namun setelah sampai rumah hasilnya membawa pulang banyak barang belanjaan.
Terkadang kita berbelanja tanpa memikirkannya secara mendalam dan hal ini biasanya dipicu oleh pemikiran seperti “saya harus mengambil keuntungan dari diskon besar-besaran” saat melihat promo, atau tergiur dengan penampilan sesuatu di display mal yang membuat Anda berkomentar, “baju itu lucu sekali hingga ingin segera memiliki”. Namun begitu tiba dirumah, baju tersebut tidak semudah dulu dibayangkan. Setelah proses pembayaran, barulah disadar bahwa masih banyak item-item mirip lainnya di rumah sehingga ruangan menjadi sangat padat dengan jumlah perabotan yang melebihi kapasitas.
Pertimbangkanlah dengan hati-hati sebelum Anda berencana membeli sesuatu; kita perlu melakukan pembelanjaan secara sadar dan tak boleh sembarangan memboroskan uang hanya karena tergiur oleh hasrat sesaat. Harus ditinjau kembali apakah produk tersebut betulan dibutuhkan, mungkin jenis barang serupa telah dimiliki dalam jumlah yang cukup di rumah. Selain itu, cek juga kondisi keuangannya jika saat ini sedikit pun pengeluaran dilakukan. Oleh karena itu pikiran-pikirlah dengan bijak agar nantinya dapat mengambil sebuah keputusan pembelian yang tepat.
2. Terpikat Menggunakan Opsi Pembayaran Beli Sekarang Bayar Nanti
Produknya dapat Anda bawa pulang hari ini tetapi pembayarannya dilakukan kemudian. Ini sangat menggiurkan karena memberi kesempatan memiliki sesuatu tanpa perlu membayarnya saat itu juga. Cara PayLater semacam ini telah diterapkan oleh hampir seluruh platform pembayaran, seolah-olah membuat kehidupan kita lebih mudah.
Akan tetapi, hal ini malah dapat membuat segalanya lebih rumit di masa depan. Bisa saja kita menjadi kurang perhatian dan kesulitan saat pembayaran tiba. Setelah menyadari betapa banyak tagihan yang telah jatuh tempo dan harus segera dibayarkan, sementara uang sudah habis terpakai untuk keperluan sehari-hari.
Memakai layanan PayLater untuk mengambil barang-barang non-produktif merupakan suatu kekeliruan signifikan. Hutang semacam itu dapat menyebabkan biaya meningkat akibat adanya bunga. Penting bagi kita semua untuk selalu ingat bahwa jika sesuatu bisa dibayarkan saat ini, maka bayarlah langsung tanpa menunda-nunda; dan apabila jumlah tabungan masih kurang, lebih baik tunda pembelian terlebih dahulu.
3. FOMO (Ketakutan Kehilangan Sesuatu)
FOMO yaitu rasa khawatir akan kehilangan kesempatan atau terlambat mendapatkan sesuatu yang seru dan mengasyikan telah jadi masalah bagi generasi saat ini. Kalau orang lain memiliki hal itu, kenapa kita tidak boleh memilikinya?
Misalkan saja ada model iPhone terbaru yang dirilis dan semua anggota grup saya sudah memiliki ponsel tersebut. Karena khawatir dijuluki kuno atau tertinggal jaman, pada akhirnya saya memilih utang demi mendapatkan iPhone baru meskipun ponsel lama masih dalam kondisi baik.
Alih-alih merasakan FOMO ketika teman-temanmu membeli telepon seluler baru sementara kita belum memiliki cukup dana atau belum benar-benar butuh untuk mendapatkan telepon seluler baru, mari biarkan saja begitu adanya. Mereka berkata bahwa kita menjadi kudet atau tertinggal jaman tak perlu dipikirkan berat. Jika mereka tetap membuat ledek-ledekan sebaiknya carilah teman lain bukannya mencari telepon seluler baru. Teman semacam itu hanya akan menyebabkan kebangkrutan akibat pengeluaran uang untuk sesuatu yang sia-sia dan kurang penting.
4. Hidup hanya sekali (YOLO)
Pada zaman moderen dan penuh perubahan saat ini, banyak individu tertarik untuk mengejar kesenangan sesaat berdasarkan pemahaman bahwa hidup cuma sekali. Mereka pun memegang prinsip YOLO atau “You Only Live Once”. Akan tetapi, menerapakan cara pandang semacam itu bisa memiliki dampak negatif pada situasi finansial seseorang.
YOLO mengacu pada cara hidup yang menekankan kebebasan, kenikmatan, serta menjalani hidup seoptimal mungkin tanpa mempertimbangkan konsekuensi finansial di masa depan. Pola hidup semacam itu dapat dilihat dari tindakan seperti berbelanja tanpa ada perencanaan, menggunakan kartu kredit melebihi batas, atau meminjam uang hanya untuk memperoleh benda-benda tak penting, termasuk aktivitas-aktivitas mirip tersebut.
Bukan bermakna bahwa konsep YOLO adalah kesalahan, kehidupan memang hanya dilewati sekali namun bukannya tanpa pertimbangan matang. Sebaiknya lakukan evaluasi secara tepat apakah kita memiliki kemampuan untuk menanggung biaya tersebut atau justru cuma merugikan diri sendiri di waktu mendatang.
5. Melakukan Pembayaran Terendah pada Tagihan Kartu Kredit
Kartu kredit memungkinkan Anda membayarnya dengan minimum pembayaran antara 5% hingga 10% dari jumlah keseluruhan tagihan. Ini membuat kita seperti dapat memiliki barang atau jasa bernilai tinggi tetapi hanya perlu mengeluarkan biaya lebih kecil.
Pada akhirnya kami mempertimbangkan untuk menggunakannya dengan kartu kredit selagi batas penggunaan belum mencapai maksimal. Di awal sepertinya angsuran cukup ringan dan dapat dikendalikan, tetapi lama-kelamaan jumlah tersebut tumbuh menjadi beban besar karena bunganya bertambah-tambah hingga pada titik di mana kami kesulitan melunasinya.
Terdapat dua jenis pengguna kartu kredit. Jenis pertama disebut transactor, yakni orang-orang yang menggunakannya untuk fasilitas pembayaran. Mereka mengetahui bahwa seluruh jumlah tagihan dari transaksi dengan kartu kredit tersebut akan dilunasi secara lengkap ketika jatuh tempo. Sedangkan jenis kedua dikenal sebagai revolver, dimana dalam hal ini individu hanya membayar sejumlah minimal setiap kali bertransaksi menggunakan kartu kredit, mirip dengan situasi contoh di atas.
Menggunakan kartu kredit boleh-boleh saja sebab itu hanyalah alat untuk memudahkan pembayaran. Namun, penting bagi Anda untuk menjamin bahwa ketika menggunakannya, dapat melunasinya sepenuhnya tanpa ada tunggakan.
6. Tidak Melakukan Penyimpanan Uang dan Tidak Mempunyaidana Cadangan
Banyak orang mengatakan bahwa kita harus lebih berfokus pada peningkatan pendapatan, dan hal ini tentu sangat krusial. Namun, tanpa memiliki kebiasaan menyimpan uang, tidak peduli sebesar apa pemasukan Anda, dana tersebut cenderung cepat habis. Ini adalah suatu realitas yang kerapkali diabaikan.
Menyimpan uang dan menjalani gaya hidup hemat dengan membatasi pengeluaran pada barang-barang tak esensial dapat membantu kita menyalurkan lebih banyak dana ke tabungan, persiapan krisis finansial, ataupun sebagai modal dalam berinvestasi.
Salah satu hal yang kerap diabaikan oleh sebagian orang yaitu memiliki dana darurat atau disebut juga dengan emergency fund. Jikalau tanpa adanya dana ini, maka akan ada risiko munculnya permasalahan signifikan saat suatu hari terjadi sesuatu luar biasa seperti PHK ataupun tagihan kesehatan mendadak. Pengeluaran yang datang tiba-tiba tersebut dapat menciptakan tingkat stres meninggi hingga berujung pada hutang. Sebaiknya sisihkan antara 10 sampai 20 persen dari pendapatan tiap bulannya guna membangun tabungan serta dana darurat.
****
Untuk menjauhkan diri dari kesalahan keuangan, diperlukan pemahaman serta kedisiplinan dalam mengatur penghasilan Anda. Mulailah menyisihkan sebagian pendapatan untuk tabungan dan investasi, hindari pembelian barang-barang tak penting, dan gunakan uang secara cerdas. Dengan begitu, kondisi keuangan akan selalu stabil dan bebas dari hutang.
Setiap pilihan kecil yang kita ambil setiap harinya bisa berdampak pada kondisi finansial di kemudian hari. Memilih gaya hidup konsumtif tanpa memikirkan masa depan merupakan sebuah kesalahan serius. Hidup hemat dan teratur tak menunjukkan bahwa kita kurang mampu, tetapi justru mencerminkan kontrol kita atas uang.
