BANTENMEDIA – Banten, sebuah provinsi di ujung barat Pulau Jawa, menyimpan jejak sejarah yang panjang dan kaya. Dari dulunya menjadi salah satu pusat perdagangan terpenting di Asia Tenggara hingga kini menjadi rumah bagi beragam warisan budaya, perjalanan Banten selalu menarik untuk disimak.
Masa Pra-Islam: Pengaruh Hindu-Buddha
Sebelum masuknya Islam, wilayah Banten berada di bawah pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha. Salah satu yang paling menonjol adalah Kerajaan Tarumanegara, yang berkuasa sekitar abad ke-4 hingga ke-7 Masehi.
Bukti keberadaan kerajaan ini dapat dilihat dari berbagai prasasti yang ditemukan, menunjukkan bahwa wilayah Banten telah memiliki peradaban yang cukup maju sejak lama.
Setelah Tarumanegara, wilayah ini kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Sunda, yang dikenal dengan pelabuhan-pelabuhan strategisnya di pesisir utara Jawa.
Kesultanan Banten: Puncak Kejayaan Islam dan Perdagangan
Titik balik penting dalam sejarah Banten adalah berdirinya Kesultanan Banten pada awal abad ke-16. Kesultanan ini didirikan oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) atau putra beliau, Maulana Hasanuddin, setelah menaklukkan Pelabuhan Banten dari Kerajaan Sunda. Di bawah kepemimpinan para sultan, Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan maritim yang sangat penting.
Letaknya yang strategis di jalur pelayaran internasional membuat Banten menjadi bandar niaga yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai belahan dunia. Adapun negara tersebut antara lain Tiongkok, India, Arab, Persia, dan Eropa.
Komoditas utama yang diperdagangkan adalah lada, yang saat itu sangat diminati di pasar global. Kesejahteraan ekonomi yang tinggi membuat Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaannya, bahkan mampu menyaingi VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) di Batavia (Jakarta).
Selain sebagai pusat perdagangan, Kesultanan Banten juga dikenal sebagai pusat penyebaran agama Islam di Nusantara. Banyak ulama besar lahir dan menuntut ilmu di Banten, menjadikan wilayah ini sebagai salah satu kiblat pendidikan Islam. Arsitektur masjid-masjid kuno dan peninggalan lainnya menjadi saksi bisu kemajuan peradaban Islam di Banten pada masa itu.
Kemunduran dan Penjajahan
Memasuki abad ke-17 dan ke-18, Kesultanan Banten mulai mengalami kemunduran. Perselisihan internal di kalangan bangsawan dan campur tangan VOC dalam urusan internal kesultanan melemahkan kekuasaan Banten.
VOC secara bertahap berhasil menguasai wilayah-wilayah penting dan memonopoli perdagangan. Puncaknya, pada awal abad ke-19, Kesultanan Banten secara resmi dihapuskan oleh pemerintah kolonial Belanda, dan wilayahnya menjadi bagian dari Karesidenan Banten.
Banten di Era Modern: Provinsi yang Berkembang
Setelah masa kemerdekaan Indonesia, Banten menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat. Namun, pada tanggal 17 Oktober 2000, Banten resmi memisahkan diri dan menjadi provinsi sendiri. Sebagai provinsi termuda di Pulau Jawa, Banten terus berbenah dan berkembang.
Saat ini, Banten dikenal sebagai provinsi dengan sektor industri yang maju, terutama di sekitar Cilegon dan Tangerang. Namun, Banten juga tetap menjaga warisan sejarah dan budayanya.
Peninggalan Kesultanan Banten, seperti Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan, dan Benteng Speelwijk, masih dapat ditemui dan menjadi daya tarik wisata sejarah yang penting. Selain itu, kebudayaan lokal seperti seni tari, musik, dan kerajinan tangan terus dilestarikan oleh masyarakat Banten.
Sejarah Banten adalah cerminan dari dinamika peradaban di Nusantara. Dari kejayaan sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam hingga perjuangan melawan kolonialisme.
Banten telah melewati berbagai fase yang membentuk identitasnya saat ini. Mempelajari sejarah Banten berarti memahami akar-akar kebudayaan dan peradaban yang kaya di Indonesia.
