Relaksasi Belanja Negara Rp86,6 Triliun Guncang Pembiayaan Alat Berat Multifinance

Relaksasi Belanja Negara Rp86,6 Triliun Guncang Pembiayaan Alat Berat Multifinance

Pembiayaan Alat Berat oleh Industri Multifinance Mengalami Pertumbuhan Signifikan

Pembiayaan alat berat oleh industri multifinance mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam lima bulan pertama tahun 2025. Angka ini menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya, terutama secara tahunan. Hal ini diakui oleh Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya (PVML) OJK.

Menurut Agusman, kinerja pembiayaan alat berat multifinance tidak lepas dari program-program yang sedang berjalan, khususnya dari belanja negara. Program pemerintah seperti pembangunan infrastruktur dan hilirisasi industri memberikan dampak positif terhadap permintaan dan pembiayaan alat berat.

Read More

Pada Mei 2025, penyaluran pembiayaan alat berat oleh multifinance meningkat sebesar 10,72% secara year on year (YoY) menjadi Rp47,61 triliun. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Januari dan Maret 2025 masing-masing tumbuh sebesar 7,7% YoY dan 8% YoY.

Selain itu, jika dilihat dari bulan sebelumnya, penyaluran pembiayaan alat berat per Mei 2025 meningkat sebesar 0,89% mtm atau sekitar Rp421,52 miliar. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang konsisten.

Tantangan Efisiensi Anggaran Pemerintah

Tahun ini, industri multifinance dihadapkan dengan tantangan efisiensi anggaran pemerintah. Dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025, pemerintah melakukan penghematan belanja APBN sebesar Rp306,69 triliun. Anggaran ini terdiri dari Rp256,10 triliun anggaran belanja dari 99 kementerian/lembaga, serta efisiensi sebesar Rp50,59 triliun transfer ke daerah.

Instruksi ini ditandatangani oleh Presiden Prabowo dan mulai berlaku sejak 22 Januari 2025. Selanjutnya, pada 4 Maret 2025, Kementerian Keuangan mengumumkan bahwa pemerintah telah membuka blokir anggaran sebesar Rp86,6 triliun. Relaksasi anggaran ini terdiri dari Rp33,1 triliun untuk 23 kementerian/lembaga baru hasil restrukturisasi Kabinet Merah Putih, dan sebesar Rp53,49 triliun untuk 76 kementerian/lembaga lainnya.

Efek langsung dari pembukaan blokir ini terlihat dari akselerasi realisasi belanja kementerian/lembaga. Realisasi belanja pada Januari 2025 hanya mencapai Rp24,4 triliun, kemudian pada Februari 2025 mencapai Rp83,6 triliun. Pada Maret 2025, realisasi belanja kementerian/lembaga meningkat signifikan menjadi Rp196,1 triliun.

Faktor Eksternal yang Perlu Diperhatikan

Meskipun ada stimulus positif dari belanja negara, Agusman menyatakan bahwa industri multifinance tetap harus memperhatikan faktor eksternal yang dapat memengaruhi kinerja pembiayaan alat berat. Fluktuasi harga komoditas dan dinamika ekonomi baik global maupun domestik berpotensi menekan permintaan pembiayaan alat berat.

Oleh karena itu, penting bagi industri multifinance untuk terus memantau perkembangan ekonomi dan pasar, serta siap menghadapi berbagai tantangan yang muncul. Dengan strategi yang tepat dan adaptasi yang cepat, industri multifinance dapat tetap bertahan dan berkembang meskipun menghadapi berbagai tantangan eksternal.

Related posts