Kekerasan Berdarah di Bar Ekuador, Sembilan Orang Tewas
Pada hari Sabtu (19/7/2025), sebuah kejadian tragis terjadi di sebuah bar yang berada di kawasan General Villamil Playas, kota pesisir di Provinsi Guayas, Ekuador. Puluhan orang tewas ditembak saat mereka sedang bermain biliar. Insiden ini menimbulkan rasa shock dan kekacauan di kalangan masyarakat setempat.
Menurut laporan dari kantor kejaksaan Ekuador, pelaku yang membawa senjata api otomatis masuk ke dalam bar tersebut dan melepaskan tembakan secara membabi buta. Kejadian ini terjadi di kawasan permukiman kelas pekerja, sehingga memperparah situasi keamanan di daerah tersebut.
Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan kondisi yang sangat menyedihkan. Di lantai bar, terdapat sembilan jenazah yang tergeletak bersimbah darah, sementara meja-meja biliar terlihat rusak akibat tembakan. Kondisi ini membuat banyak orang merasa takut dan khawatir akan keselamatan diri mereka sendiri.
Korban Dibawa oleh Keluarga, Polisi Kesulitan Identifikasi
Dalam pernyataannya, Kolonel Polisi Jhanon Varela mengungkapkan bahwa dua orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan ini dan kini sedang dirawat di rumah sakit setempat. Namun, ia juga menyampaikan bahwa ketika polisi tiba di lokasi kejadian, banyak korban telah dievakuasi oleh warga dan keluarga mereka.
“Diduga masih ada korban lainnya,” ujar Varela. Hingga saat ini, pihak berwenang hanya berhasil mengidentifikasi satu dari sembilan jenazah yang ditemukan di lokasi. Pada malam hari, keluarga korban mulai membawa peti mati ke bar tempat kejadian.
Wakil Bupati Guayas, Marcela Aguinaga, mengonfirmasi bahwa salah satu korban adalah seorang pelatih sepak bola di provinsi tersebut. Ia melalui akun media sosialnya menulis, “Kekerasan berusaha membuat kita bertekuk lutut, membungkam kita, dan membiasakan kita dengan kengerian. Namun kita tidak akan tinggal diam. Kita juga tidak akan menyerah.”
Gelombang Kekerasan Terburuk dalam Sejarah Ekuador
Ekuador kini menghadapi periode paling berdarah dalam sejarah modernnya. Data resmi mencatat bahwa selama Januari hingga Mei 2025, terjadi sekitar 4.051 kasus pembunuhan. Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan organisasi perdagangan narkoba di negara ini meningkat pesat, yang berdampak pada peningkatan drastis tingkat pembunuhan.
Tingkat pembunuhan melonjak dari enam per 100.000 penduduk pada 2018 menjadi 38 per 100.000 penduduk pada 2024. Penangkapan kembali gembong narkoba terbesar Ekuador, Adolfo Macias alias Fito, pada Juni lalu setelah sempat kabur dari penjara berkeamanan maksimum pada 2024, tidak berhasil menghentikan kekerasan yang terjadi.
Dalam sepekan terakhir, setidaknya 20 orang tewas akibat bentrokan mematikan di Provinsi Manabi, termasuk di Kota Manta, yang merupakan basis kekuatan geng Los Choneros yang dipimpin Fito. Pada hari Sabtu sore, Menteri Dalam Negeri Ekuador John Reimberg mengumumkan pengerahan 2.500 polisi di titik-titik strategis Manta, salah satu pelabuhan perikanan utama negara itu.
Setelah ditangkap, Fito setuju untuk diekstradisi ke Amerika Serikat atas tuduhan perdagangan kokain dan senjata. Dulu dikenal sebagai salah satu negara paling damai di Amerika Latin, Ekuador kini dilanda krisis setelah ekspansi kartel narkoba transnasional yang memanfaatkan pelabuhannya untuk menyelundupkan narkoba ke AS dan Eropa.



