Gereja Keluarga Kudus di Gaza Diserang, Menewaskan Tiga Orang
Pagi yang menyedihkan menghiasi kota Gaza pada hari Kamis, 17 Juli 2025. Saat itu, Gereja Keluarga Kudus (Holy Family Church) menjadi sasaran tembakan dari tank militer Israel. Serangan tersebut menewaskan tiga orang dan melukai beberapa lainnya.
Gereja ini merupakan satu-satunya tempat ibadah Katolik di wilayah Jalur Gaza, yang sebagian besar penduduknya beragama Islam. Didirikan pada tahun 1960-an, gereja ini telah menjadi simbol keberagaman agama di tengah konflik yang terus berlangsung. Sebelum perang terbaru, hanya sekitar 1.000 umat Kristen tinggal di Gaza, termasuk sekitar 130 umat Katolik. Gereja ini selama bertahun-tahun menjadi pusat kegiatan rohani dan komunitas bagi warga setempat.
Tempat Perlindungan dalam Konflik
Sejak konflik antara Israel dan Hamas meletus pada Oktober 2023, kompleks gereja ini berubah menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari 500 orang. Mereka terdiri dari umat Kristen Ortodoks, Protestan, Katolik, serta beberapa keluarga Muslim dan anak-anak penyandang disabilitas. Banyak dari mereka kehilangan rumah dan harta benda akibat perang, sehingga memilih untuk berlindung di gereja sebagai tempat terakhir yang aman.
Serangan terhadap gereja ini bukanlah yang pertama. Pada Desember 2023, dua wanita ditembak mati oleh penembak jitu Israel saat sedang berlindung di kompleks gereja. Saat itu, biara para Suster Misionaris Cinta Kasih juga dihantam rudal, menyebabkan kebakaran besar. Militer Israel membantah secara resmi menargetkan tempat ibadah tersebut.
Pastor Gabriel Romanelli dan Kepeduliannya
Pastor Gabriel Romanelli, pastor paroki asal Buenos Aires, Argentina, telah melayani di Gaza sejak 2019. Meskipun sempat dievakuasi ke Yerusalem saat perang berkecamuk, ia memilih kembali untuk tetap melayani umatnya. Dalam serangan terbaru, ia mengalami luka di bagian kaki akibat serpihan ledakan, namun tetap berusaha mendampingi umat yang berlindung di dalam gereja.
Vatikan Mengecam Serangan Israel
Cardinal Pierbattista Pizzaballa, Patriark Latin Yerusalem, menyatakan bahwa gereja tersebut dihantam langsung oleh tank militer Israel. Pihak Israel mengklaim serangan tersebut adalah kesalahan tak disengaja, namun pihak gereja meragukan klaim tersebut.
Patriarkat Latin Yerusalem menegaskan bahwa gereja ini seharusnya menjadi tempat perlindungan aman bagi warga sipil. Mereka mengatakan, korban serangan adalah orang-orang yang berharap teror perang akan segera terlewati. Patriarkat juga menyatakan bahwa tragedi ini hanyalah bagian kecil dari penderitaan yang lebih luas di Gaza, di mana kematian, luka, dan kehancuran terjadi di mana-mana.
Hubungan Khusus dengan Paus Fransiskus
Holy Family Church memiliki hubungan khusus dengan Paus Fransiskus. Hingga sebelum wafatnya pada April 2025, Paus rutin menelepon gereja ini hampir setiap malam, menanyakan kondisi umat dan mendoakan mereka. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, ia mengunjungi gereja tersebut secara langsung.
Kini, dengan pembicaraan gencatan senjata yang masih berlangsung, serangan terhadap satu-satunya gereja Katolik di Gaza ini menunjukkan betapa tempat suci dan kemanusiaan rentan menjadi korban dalam konflik yang berkepanjangan. Kekerasan yang terjadi tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menghancurkan harapan bagi banyak orang yang berharap akan damai.