Kekerasan di Gaza Memperparah Krisis Kemanusiaan
Di tengah situasi yang semakin memburuk, warga Palestina di Gaza kembali menjadi korban kekerasan yang menyebabkan banyak nyawa melayang. Menurut laporan dari pejabat rumah sakit setempat, sedikitnya 67 orang tewas dan puluhan lainnya terluka saat mereka menunggu distribusi bantuan. Insiden ini terjadi di kawasan Al Sudaniya, wilayah utara Gaza, yang sebelumnya menjadi lokasi serangan mematikan.
Empat rumah sakit di wilayah tersebut melaporkan jumlah korban yang sangat tinggi. Di Rumah Sakit Al Shifa, sebanyak 45 korban meninggal dilaporkan masuk. Hal ini menunjukkan betapa parahnya kondisi krisis kemanusiaan yang dialami penduduk Gaza dalam beberapa minggu terakhir. Ratusan warga Palestina kehilangan nyawa mereka hanya karena mengantre makanan dan bantuan darurat.
Pada hari Sabtu (19/7/2025), pasukan Israel dituduh menewaskan sedikitnya 32 orang di wilayah Teina, Jalur Gaza. Serangan ini terjadi tidak lama setelah militer Israel memberikan perintah evakuasi di beberapa wilayah Gaza tengah. Wilayah tersebut sebelumnya belum menjadi target operasi militer Israel dalam konflik dengan Hamas.
Perintah evakuasi ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi keluarga sandera Israel. Mereka khawatir akan nasib kerabat mereka yang diduga masih ditahan di kawasan tersebut. Situasi ini memperlihatkan bagaimana konflik ini tidak hanya mengancam kehidupan warga Palestina, tetapi juga menciptakan ketakutan dan ketidakpastian bagi pihak lain.
Di sisi lain, Paus Leo XIV menyampaikan seruan untuk mengakhiri “kebiadaban perang” dalam pernyataannya pada Minggu. Ia menyampaikan rasa duka mendalam atas serangan Israel ke satu-satunya gereja Katolik di Gaza pada Kamis. Serangan tersebut menewaskan tiga orang dan melukai sepuluh lainnya. Salah satu korban luka adalah Pastor Gabriel Romanelli, pastor paroki Gereja Katolik Keluarga Kudus, yang memiliki hubungan dekat dengan mendiang Paus Fransiskus. Meski terluka, ia tetap hadir memimpin misa pada Minggu.
Serangan ke gereja itu memicu kecaman internasional. Paus Leo XIV dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sama-sama mengecam tindakan tersebut. Sementara itu, pihak Israel menyatakan penyesalan dan menyebut insiden itu sebagai sebuah kecelakaan.
Perundingan Gencatan Senjata di Qatar
Di tengah situasi yang memanas, Israel dan Hamas dilaporkan sedang menjalani perundingan gencatan senjata di Qatar. Namun, menurut mediator internasional, hingga kini belum ada tanda-tanda tercapainya terobosan penting. Perundingan ini menjadi harapan besar bagi warga Gaza yang ingin melihat akhir dari konflik yang telah berlangsung cukup lama.
Kondisi krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk, dengan akses terbatas terhadap bantuan makanan, air bersih, dan layanan kesehatan. Warga setempat harus menghadapi ancaman kekerasan yang terus-menerus, baik dari serangan militer maupun dari kondisi ekonomi yang semakin sulit.
Dengan situasi yang begitu kompleks, diperlukan upaya bersama dari seluruh pihak untuk mencari solusi damai dan memastikan perlindungan bagi semua warga, terlepas dari latar belakang politik atau agama mereka. Dalam konteks ini, peran komunitas internasional menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa kekerasan tidak lagi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga Gaza.



