Awal Kronologi Dugaan Pelecehan Seksual oleh Oknum Wakil Sekretaris di Tangerang

Awal Kronologi Dugaan Pelecehan Seksual oleh Oknum Wakil Sekretaris di Tangerang

BANTENMEDIA – Isu dugaan pelecehan seksual yang melibatkan seorang wakil kepala sekolah (Wakepsek) dengan inisial SY di SMPN 23 Kota Tangerang terus mendapat perhatian masyarakat.

Read More

Karena tindakan tidak pantas itu dilakukan oleh tersangka pelaku saat berada di lingkungan sekolah sebanyak tiga kali.

Wakil hukum korban, Tiara Ramadhani mengungkapkan, kejadian yang dialami korban pertama kali terjadi pada 7 Mei 2025.

Pada saat itu, korban sedang dalam keadaan luka akibat mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke sekolah.

Namun, alih-alih memberikan bantuan medis, tersangka justru melakukan tindakan pemerkosaan terhadap korban.

“Korban telah menjadi korban pelecehan sebanyak tiga kali, yang pertama terjadi saat korban hendak berangkat sekolah dan jatuh dari motor. Selanjutnya korban dibantu oleh warga, lalu ditanya oleh warga apakah ingin melanjutkan ke sekolah atau pulang. Korban mengatakan ingin melanjutkan karena sedang mengejar nilai ujian,” katanya, Rabu (13/8/2025) malam.

“Lalu (saat tiba di sekolah), korban ini dibawa ke UKS oleh teman-temannya,” tambahnya.

“Nah pelaku ini telah mengawasi korban dari jauh, lalu mendekati korban yang sedang dalam kondisi dibopong lemah dan terluka berdarah, kemudian pelaku mengajaknya ke ruangannya sebagai perwakilan kepala sekolah SMPN 23 Kota Tangerang,” ujar Tiara menambahkan.

Setelah korban berada di dalam ruangan, pelaku meminta teman-temannya pergi mencari minyak urut sambil ia menutup tirai dan mengunci pintu kamar tersebut.

“Di tempat itu, pelaku pertama kali melakukan tindakan tidak senonoh terhadap korban,” katanya.

Selanjutnya, Tiara menjelaskan, setelah kejadian pertama tersebut, tersangka kembali melakukan tindakan pemerkosaan terhadap korban satu minggu kemudian.

Cara pelaku, tersangka bertanya mengenai kondisi korban setelah mengalami kecelakaan.

“Kejadian kedua terjadi ketika korban sedang berkumpul dengan temannya di lapangan, sehingga pelaku telah mengawasi korban dan akhirnya mendekatinya serta bertanya, ‘Bagaimana kondisimu sekarang? Sudah membaik, Pak?’ jawab korban,” kata Tiara.

“Selanjutnya pelaku mengatakan, jika masih sakit kamu boleh kembali ke ruangannya, katanya demikian. Ya, dengan polosnya tampaknya korban tidak bisa berbuat apa-apa, akhirnya pergi ke ruangan tersebut,” tambahnya.

“Di tempat itu kembali terjadi tindakan pemerkosaan terhadap korban,” katanya.

Selanjutnya, kata Tiara, aksi pemerkosaan terjadi saat korban sedang mengikuti ujian perbaikan.

Karena, pada saat itu korban yang ingin pindah sekolah, mengalami kekurangan nilai dalam pelajaran bahasa Indonesia.

“Yang ketiga mungkin memang firasat seorang ibu, jadi ibunya ini sangat menginginkan anaknya pindah ke sekolah favorit,” kata Tiara.

“Nah kemudian korban mendapat nilai Bahasa Indonesia yang rendah, karena rata-rata nilainya seharusnya 75, namun korban hanya kurang satu poin,” tambahnya.

“Nah akhirnya dia mengikuti remedial di ruang kepala sekolah. Di tempat itu kembali terjadi hingga orang tua yang saat itu menemani korban ke sekolah juga mulai curiga,” ujar Tiara.

“Karena ujian perbaikan itu sangat lama, kemudian pintu dikunci, lalu saat pintu berhasil dibuka terlihat posisi anaknya sudah tergeletak di lantai bawah, dan ibunya juga melihat resleting pelaku sudah terbuka,” jelasnya.

Setelah kejadian itu, sambung Tiara, akhirnya korban mengakui bahwa dirinya menjadi korban pemerkosaan.

Terhadap kejadian tersebut, korban bersama ibunya dan tim kuasa hukum telah melaporkan kejadian tersebut ke Polres Metro Tangerang Kota.

Namun hingga kini, proses hukum masih berada pada tahap penyelidikan.

“Kita membuat laporan pada tanggal 25 Juni 2025, dan sebelumnya informasinya kasus ini sudah berpindah ke tahap penyidikan,” katanya.

“Kami berharap proses hukum terus berjalan dan pelaku tersebut segera mendapatkan sidang,” tutupnya.

Related posts