Pemerintah Belanda Ambil Alih Nexperia
Pemerintah Belanda secara resmi mengambil alih kendali atas perusahaan semikonduktor Nexperia pada 30 September 2025. Langkah ini dilakukan setelah muncul kekhawatiran bahwa perusahaan tersebut mulai memindahkan sebagian besar kegiatan produksinya dari Eropa ke Tiongkok.
Empat sumber di Den Haag yang memahami keputusan pemerintah menyebutkan bahwa tindakan ini dilakukan untuk mencegah “pengikisan strategis” atas aset teknologi penting di Eropa. Keputusan ini berkaitan erat dengan dugaan rencana Zhang Xuezheng, mantan CEO Nexperia sekaligus pendiri perusahaan induknya di Tiongkok, Wingtech Technology, yang disebut berupaya merumahkan sekitar 40 persen karyawan di Eropa dan menutup fasilitas riset serta pengembangan di Munich, Jerman.
Sebelum Zhang diberhentikan dari jabatannya oleh pengadilan Belanda pada 1 Oktober, dia telah memindahkan sejumlah rahasia industri dari pabrik Nexperia di Manchester, Inggris, ke fasilitas milik Wingtech di Tiongkok. Informasi tersebut mencakup desain chip dan pengaturan mesin produksi. Bahkan, sebagian peralatan fisik dari pabrik Nexperia di Hamburg disebut sudah dijadwalkan untuk dipindahkan ke luar Eropa.
Kementerian Urusan Ekonomi Belanda menjelaskan bahwa intervensi ini didasarkan pada Undang-Undang Goods Availability Act, sebuah regulasi yang jarang digunakan. Pemerintah menilai telah muncul “sinyal mendesak dan nyata bahwa keberlangsungan industri semikonduktor Eropa terancam.”
Dalam pernyataan resminya, Kementerian Urusan Ekonomi Belanda menegaskan, “Kehilangan kemampuan ini dapat menimbulkan risiko bagi keamanan ekonomi Belanda dan Eropa.” Krisis ini memperuncing tensi antara Belanda dan Tiongkok. Setelah pengambilalihan tersebut, Kementerian Perdagangan Tiongkok pada 4 Oktober memblokir ekspor chip Nexperia dari wilayahnya. Padahal, meski sebagian besar chip diproduksi di Eropa, sekitar 70 persen proses pengemasan dilakukan di Tiongkok sebelum didistribusikan secara global.
Dampak pada Industri Otomotif
Situasi ini memicu kekhawatiran di kalangan industri otomotif dunia. Produsen seperti Volkswagen, Volvo, dan beberapa perusahaan Jepang memperingatkan potensi gangguan serius pada rantai pasok mereka jika distribusi chip terganggu. Chip buatan Nexperia, meski tergolong sederhana, digunakan dalam jumlah besar untuk sistem elektronik kendaraan modern.
Analis menilai, pengambilalihan Nexperia oleh pemerintah Belanda mencerminkan perubahan paradigma besar di Eropa, dari pasar bebas menuju kontrol strategis atas aset teknologi penting. “Ini bukan sekadar keputusan ekonomi, melainkan langkah geopolitik dalam mempertahankan kedaulatan industri di tengah rivalitas teknologi global,” ujar seorang pejabat Uni Eropa.
Tantangan Diplomasi
Sumber di Den Haag menegaskan bahwa pemerintah Belanda optimistis dapat mencapai kesepakatan diplomatik dengan Beijing guna mengembalikan Nexperia pada struktur kepemilikan bersama Belanda–Tiongkok yang lebih seimbang. Tujuan utamanya ialah memastikan keberlanjutan operasi global tanpa mengorbankan kedaulatan teknologi nasional.
Keputusan Belanda ini menandai babak baru dalam persaingan teknologi global. Negara-negara Eropa kini mulai mengadopsi strategi protektif yang menitikberatkan pada kemandirian industri semikonduktor, sebuah sektor yang menjadi tulang punggung revolusi digital dunia.







