BANTENMEDIA – Seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Tangerang, Banten, bernama Juju, tidak pernah menyangka bahwa keterampilannya dalam membuat kerajinan akan berkembang menjadi usaha kecil yang terus bertumbuh dan menghasilkan pendapatan hingga ratusan juta rupiah setiap bulan.
Ia mengakui, awalnya hanya sekadar iseng membuat sebuah karya seni yang langka dan belum banyak ditemukan di pasar.
Barang yang dipilih adalah tas yang terbuat dari anyaman daun pandan, dikombinasikan dengan kain batik dan kulit sapi.
Tas anyaman tersebut pada awalnya hanya berupa produk pemberdayaan bagi ibu-ibu PKK, yang ditujukan sebagai hadiah khas dari lingkungannya.
Namun setelah mendapatkan respons yang positif terhadap karyanya, Ibu Rumah Tangga dari Kelurahan Sindangsari, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, semakin termotivasi untuk mengembangkan produk tersebut.
Terutama pada awal perjalanan bisnisnya, ia juga mendapatkan bantuan mesin jahit dari Pemerintah Kabupaten Tangerang, setelah menjadi juara dalam lomba menjahit tingkat kabupaten.
Awalnya saya adalah seorang ibu rumah tangga yang mengundurkan diri dari perusahaan, namun sebelum mengundurkan diri sempat terpikir untuk berwirausaha. Dulu usahanya membuat bros untuk para ibu-ibu pengajian, tetapi karena banyak orang yang melakukan hal yang sama akhirnya beralih ke usaha lain,” katanya saat diwawancarai di rumahnya, Sabtu (9/8/2025).
“Dan karena memiliki pengalaman bekerja sebagai karyawan di perusahaan tas, akhirnya saya coba-coba membuat tas yang menarik dari anyaman daun pandan,” tambahnya.
Pada masa itu, saya membuat tas sebagai hadiah, karena kami juga tergabung dalam PKK Kelurahan Sindangsari dan pertama kali diajak oleh bu lurah untuk membuat produk pemberdayaan, alhamdulillah mendapat respon yang baik. Akhirnya saya semakin termotivasi,” ujar Juju menambahkan.
“Pada waktu itu saya juga mengikuti lomba PKK dan meraih juara pertama tingkat kabupaten, saya mendapatkan bantuan mesin jahit dari bupati. Dari sana alhamdulillah saya bisa mengembangkan usaha,” katanya.
Juju mengungkapkan, sejak tahun 2022 ia mulai serius menjalani usaha tas anyaman yang diberi nama ‘kekecraft’, dengan modal awal hanya Rp 2,5 juta.
“Dan memang kita adalah UMKM binaan dinas sejak awal, jadi langsung meledak. Pesanan pertama langsung mencapai 100 buah tas jenis pouch,” katanya.
“Awalnya jahitannya dilakukan di depan teras rumah, dengan bantuan satu karyawan,” katanya.
Namun kini, lanjut Juju, ia mengakui bahwa kini sudah mampu menyewa sebuah rumah sebagai tempat produksi dengan jumlah karyawan sebanyak 13 orang.
“Alhamdulillah kini sudah mampu menyewa tempat, serta untuk karyawan kita sudah memiliki bagian-bagian tertentu. Ada yang mengurus jahitan, pemasaran digital, dan lain sebagainya,” kata Juju.
Ia mengatakan, bahan-bahan untuk produknya diperoleh melalui kerja sama dengan UMKM lain yang berada di Banten.
“Maka untuk anyaman pandan, kita mengambil pelaku UMKM dari Pandeglang, kemudian batik dan kulit sapi juga kita ambil dari Banten,” katanya.
Sementara itu, mengenai metode penjualan, menurut Juju, ia menggunakan media sosial dan situs web.
“Kami menjual melalui Instagram dan situs web juga,” katanya.
Berkat tekad dan dukungan dari instansi terkait mulai dari tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional, saat ini ia mampu menjual ribuan produk setiap bulannya.
Bahkan, beberapa kali barangnya dikirim hingga ke luar negeri.
Dari sana, pendapatan yang didapatkan berada dalam kisaran Rp 75 hingga Rp 100 juta lebih.
“Maka benar-benar kita sangat didukung oleh bimbingan dari dinas kabupaten, provinsi, hingga kementerian,” ujar Juju.
Pada masa lalu, penjualan hanya mencapai 10 hingga 20 pcs per bulan, namun kini pesanan rata-rata per bulan mencapai ribuan pcs. Omsetnya berkisar antara Rp 75 hingga Rp 100 juta, bahkan bisa lebih, dan keuntungannya sekitar 50 persen dari omset,” katanya.
Ia berharap, bisnisnya ke depan dapat terus berkembang hingga mencapai pasar internasional, sehingga mampu berkontribusi dalam menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.
Harapan berikutnya bagi brand saya ‘kekecraft’ adalah bisa dikenal secara luas hingga menembus pasar internasional, karena saat ini baru beberapa kali saja belum banyak. Karena paling hanya digunakan sebagai oleh-oleh, yang dibeli oleh pembeli melalui Instagram,” harapnya.
“Agar juga dapat memberikan manfaat yang lebih luas dengan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat,” tegasnya.
