OKE FLORES.COM – Pembagian wilayah selalu diiringi dengan janji manis: pelayanan masyarakat yang lebih dekat, pembangunan yang lebih cepat, serta kesejahteraan yang merata. Namun, kenyataannya sering berbeda. Kabupaten Pandeglang, yang memisahkan diri dari Jawa Barat untuk bergabung dengan provinsi baru, menjadi contoh nyata.
Alih-alih mengalami pertumbuhan yang pesat, Pandeglang kini tercatat sebagai kabupaten paling miskin di provinsinya. Ironisnya, bupati yang memimpin juga termasuk salah satu yang paling miskin di provinsi, semakin memperberat tantangan yang dihadapi daerah yang baru berdiri ini.
Kabupaten ini lahir dari keinginan masyarakat untuk melepaskan diri dari kabupaten induk. Dengan luas 2.771,41 Km², masyarakat berharap pemekaran akan mempercepat proses pembangunan, mendekatkan akses layanan publik, serta membuka kesempatan ekonomi. Pada masa itu, antusiasme melanda: jalan-jalan diperbaiki lebih cepat, layanan publik diharapkan lebih dekat, dan potensi ekonomi lokal bisa dimaksimalkan.
Namun, setelah beberapa tahun berlalu, kenyataan yang menyakitkan muncul:
- Ekonomi berhubungan dengan pertanian tradisional dengan produktivitas rendah.
- Investasi minim, karena infrastruktur dasar masih kurang memadai.
- Pendapatan Daerah Asli (PDA) kecil, sehingga ketergantungan terhadap dana pusat sangat besar.
- Tingginya pengangguran, akibat keterbatasan kesempatan kerja.
Fokus semakin tajam ketika masyarakat mengetahui bupati juga tercatat sebagai orang yang paling miskin. Sebagian menganggap ini sebagai simbol kepemimpinan yang sederhana, sebagian lain meragukan kemampuan pemimpin dalam menghadapi tantangan berat.
Meski begitu, bupati menegaskan bahwa keterbatasan diri bukanlah penghalang untuk berjuang bersama masyarakat. Ia tetap berkomitmen dalam membangun Pandeglang meskipun menghadapi kendala seperti infrastruktur yang minim, akses layanan kesehatan yang terbatas, serta angka siswa yang putus sekolah masih tinggi.
Selain itu, kabupaten yang baru ini juga harus memperkuat identitasnya agar mampu bersaing dengan wilayah lain. Bukan hanya pembangunan fisik, tetapi juga pengembangan sumber daya manusia, budaya, serta potensi lokal menjadi kunci utama.
Meski berat, masih terdapat harapan. Banyak warga yakin bahwa status sebagai kabupaten paling miskin bisa menjadi semangat, mendorong usaha keras, dan membuka kesempatan bagi Pandeglang untuk menciptakan sejarah baru.***
