Indonesia Unggul dengan Formasi 3-4-2-1 Berkat Keputusan Bijak Kluivert

Indonesia Unggul dengan Formasi 3-4-2-1 Berkat Keputusan Bijak Kluivert

Jakarta – Tim nasional sepak bola Indonesia menuai hasil gemilang setelah sukses menumbangkan Bahrain dengan skor tipis 1-0 berkat satu-satunya gol dari Ole Romeny.

Pada laga lanjutan babak ketiga kualifikasi Piala Dunia (PD) 2026 untuk zona Asia yang berlangsung di Stadion GBK Senayan pada Selasa malam (25/1), timnas Indonesia meraih kemenangan sehingga memberi kesempatan bagi negara tersebut untuk mengejar posisi tiga hingga empat di klassemen Grup C serta melaju ke fase play-off.

Beberapa observasi menggembirakan dari laga penting tersebut, paling tidak pendukung sepak bola di Indonesia bisa melihat niat serta perjuangan keras sang atlet, sementara seluruh tim terlihat kompak dalam upaya memperoleh keberhasilan.

Saat menundukkan Bahrain, tak seorang pun dari para pemain membuat kekeliruan pribadi.

Pada saat kalah dari Australia, paling tidak ada empat pemain yang membuat satu kesalahan besar. Kesalahan itu melibatkan Nathan Tjoe-A-On yang memicu tendangan penalti. Selanjutnya, Dean James, Sandy Walsh, serta Thom Haye semuanya gagal dalam menjaga gawang mereka sendiri dengan baik, akhirnya berakibat terjadinya gol oleh tim lawan. Sementara itu, Kevin Diks juga ikut bermasalah karena tak berhasil menyelesaikan eksekusi penalti tersebut.

Akan tetapi, rahasia utama keberhasilan Indonesia atas Bahrain adalah karena Kluivert telah lebih memahami sifat-sifat para pemain tim, sehingga ia berhasil menempatkannya dengan tepat berdasarkan kepribadian mereka tanpa membuat kesalahan.

Salah satu faktor penting lainnya untuk kesuksesan mereka adalah, taktik formasi 3-4-2-1 yang dijalankan oleh Kluivert berhasil menahan kekuatan tim nasional Bahrain dengan menggunakan formasi tangguh 4-2-3-1.

Terakhir namun tidak kalah penting, penampilan perdana Joe Pelupessy pantas untuk diapresiasi, sebab dia berhasil tampil dengan gaya yang unik.

Sebagai seorang gelandang bertahan murni (defensive midfielder), kemampuan yang tenang serta ketelitian sang pemain dapat menciptakan rasa aman saat tim lawan memegang kendali bola. Hal ini juga memungkinkan Thom Haye memiliki ruang gerak lebih leluasa untuk merancang strategi dan menyebarkan umpan.

Formasi 3-4-2-1

Formasi 3-4-2-1 merupakan taktik bermain yang kompleks dan mengharuskan para pemain memiliki kemampuan individual handal; oleh karena itu, keberanian Kluivert dalam meneraplikannya pantas untuk dihargai.

Mengapa demikian, jika dia memilih pemain yang kurang tepat, hal itu bisa mengakibatkannya gagal melaksanakan tanggung jawabnya, membuat Indonesia kesulitan untuk menangkan pertandingan.

Satu keuntungan dari formasi tersebut terletak pada ketahanan pertahanan akibat adanya tiga bek tengah yang berbaris bersama-sama.

Ditambah dengan adanya dua bek sayap dan seorang gelandang bertahan yang berada di lini belakang, tepat di depan area penalti, sehingga tim telah memiliki jumlah pemain yang cukup untuk menangani serangan lawan.

Beruntung bagi Kluivert memiliki tiga bek tengah bertaraf internasional dengan kekuatan masing-masing yang berbeda, yakni Rizky Ridho, Jay Idzes, dan Justin Hubner.

Ketiganya yang merupakan bagian dari barisan bertahan telah melewati berbagai ujian sejak klub dikenal melalui pelatih Shin Tae-yong. Pilihan Kluivert untuk mengandalkan ketiga atlet tersebut sangat penting dalam membantu kesuksesan tim nasional Indonesia agar tetap aman tanpa kebobolan.

Keandalan dari trio bek tengah tersebut terus meningkat berkat adanya seorang gelandang bertahan murni di hadapannya, yakni Joe Pelupessy, yang dikenal dengan kesabarannya serta kemampuan membaca permainan lawan secara akurat.

Lokasi Pelupessy selalu pas terletak langsung dibelakang pemain gelandang penyusun strategi (Thom Haye), dan tak menjauhi bek sentral tengah, Jay Idzes.

Sementara itu, kedua wing-back yang memiliki insting serangan kuat, dimainkan dengan luar biasa oleh Kevin Diks dan Calvin Verdonk.

Kedua pemain tersebut pasti akan berusaha ekstra keras untuk tetap solid di belakang sambil juga aktif dalam melakukan overlap dan mendukung serangan tim mereka.

Salah satu keuntungan tambahan dari formasi tersebut adalah adanya dua pemain sayap penyerang yang bertugas sebagai gelandang nomor 10 di kedua sisi lapangan. Pemain seperti itu cukup menantang bagi lawan, terkhusus jika mereka mampu mengontrol permainan dengan gerakan leluasa mereka.

Ketepatan dari formasi tersebut benar-benar sangat dipengaruhi oleh kinerja para gelandang sayapnya. Manchester City telah menggunakan sepasang gelandang ofensif secara maksimal selama beberapa tahun belakangan, yakni David Silva, Kevin de Bruyne, Bernardo Silva, Phil Foden, serta Jack Grealish.

Formasi 3-4-2-1 pada tim dirancang untuk mempertahankan keseimbangan, mengendalikan bola, serta mendominasi area tengah lapangan. Oleh karena itu, formasi tersebut membuat sektor tengah menjadi sangat susah dikontrol lawan.

Tim nasional Indonesia mempunyai skuad yang dianggap cukup lengkap. Joe Pelupessy sebagai bek tengah serta Thom Haye sebagai playmaker tampil dengan apik dalam menyusun serangan dari area tengah lapangan.

Meskipun kedua gelandang ofensif Marselino Ferdinan dan Ragnar Oratmangoen memang sangat mengancam melalui keahlian mereka dalam menyuguhkan assist berpotensi besar untuk Ole Romeny, penyerang solo yang konstan mencari celah di lini pertahanan lawan.

Peran Marselino serta Oratmangoen sangat penting dalam mengimplementasikan skema permainan yang kompleks tersebut, dan kedua pemain itu sukses melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh sang pelatih Kluivert.

Satu-satunya gol yang dicetak terjadi saat Marselino tanpa pengawal pintar membawa bola lalu menyuguhkan assist sempurna ke Romeny yang melesak di balik pertahanan tim lawan. Tenang saja, tendangan tajam Romeny menerobos jala gawang Bahrain.

Faktor Kluivert

Patrick Kluivert, pelatih yang sebelumnya mengalami kekalahan telak 5-1 dari Australia, kini telah memperbaiki diri dengan membuat susunan tim dan memilih pemain yang lebih tepat tanpa ada lagi kesalahan seperti di masa lalu.

Formasi 3-4-2-1 yang diterapkan oleh Kluivert memberikan performa tim yang konsisten. Walaupun tidak terlalu mendominasi penguasaan bola, tetapi setiap sektor berjalan dengan baik dan kokoh.

Khususnya di barisan belakang yang sangat tangguh, musuh susah untuk menembus karena pasangan bek tengah Rizky Ridho, Jay Idzes, dan Justin Hubner telah melewati banyak ujian bersama-sama. Ditambah lagi, ketiga pemain ini didukung oleh sayap bertahan Kevin Diks dan Calvin Verdonk.

Hal yang menonjol adalah penampilan perdana Joe Pelupessy sebagai bek tengah sejati. Dia berhasil menjaga keseimbangan tim, menyegel area berbahaya di depan kotak penalti, serta dapat mendukung Jay Idzes secara efektif.

Kejernihan bermain Pelupessy dengan pasti memberikan semangat bagi Thom Haye agar terus berkembang, menyusun strategi pertandingan, serta menyalurkan bola kepada dua gelandang ofensif (Marselino dan Oratmangen) bersama kedua sayap yang ikut bertahan (Diks dan Verdonk), atau secara langsung kepada Ole Romeny.

Pada kesempatan kali ini, Kluivert benar-benar mengerti akan ciri khas bermain Marselino Ferdinan dan akhirnya menurunkannya sebagai gelandang ofensif di bagian kanan lapangan. Berbeda dengan posisinya ketika bertemu Australia dimana dia lebih banyak diposisikan sebagai penyerang, hal tersebut malahan menyebabkan kekecewaan bagi Marselino.

Posisi Marselino persis seperti biasanya dia mainkan ketika dilatih oleh Shin Tae-yong, termasuk mengambil alih tugas bertahan di zona yang kosong karena kehadiran Kevin Diks yang kerap menyerang.

Ragnar Oratmangen menduduki posisi mirip seperti Marselino di sebelah kiri. Walaupun kurang mencolok dalam melakukan serangan, kedatangannya mampu mengacaukan fokus tim lawan. Ketika membantu lini belakang, dia memiliki peranan penting untuk bersatu dengan Calvin Verdonk guna menjaga area kirinya dari ancaman para pemain tengah penyerang Bahrain, yakni Mohamed Jasim Marhoon.

Pasangan penyerang tengah bernomor 10 yang dimainkan oleh Marselino dan Oratmangoen menambah sentuhan segar ke strategi tim nasional ketika menghadapi Bahrain, khususnya dalam menyediakan umpan-umpan akurat bagi striker tunggal Ole Romeny yang dengan sigap merayau di sekitar pertahanan Bahrain tanpa henti.

Gol yang dicetak oleh Romeny di menit ke-24 berkat ketajaman Kluivert dalam meletakkan Marselino. Pada saat melakukan serangan cepat, Marselino menerima umpan tersebut. Setelah itu, ia berhasil membawa bola menuju gawang sebelum akhirnya mengalahkan para pemain bertahan tim lawan.

Saat ada ruang kosong, Romeny langsung melaju, mengambil umpan sempurna, lalu tenang saja menembus gawang kiper Bahrain, E. Luthfullah, yang tak berhasil memblokirnya.

Marselino seharusnya mencetak satu gol saat Oratmangoen beralih dari sisi kanan dan menyuguhkan umpan silang tajam kepada Marselino yang sedang dalam gerakan lari. Namun sayang, tendangan tersebut melebar meskipun dia telah bertemu dengan penjaga gawang.

Bahrain solid

Meskipun kekuatan Indonesia terletak di strategi bermain yang seimbang antara ofensif dan defensif, mereka tetap harus menghadapi perlawanan sengit dari Bahrain yang menggunakan formasi tangguh 4-2-3-1. Serangan Bahrain akan difokuskan pada dua playmaker yaitu Ali Madan dan Mohamed Marhoon, bersama penyerang utama Mahdi Abduljabar.

Salah satu keberuntungan untuk Indonesia adalah tidak adanya Jenderal Pertahanan mereka, Amine Benaddi, yang terpaksa melewatkan permainan karena telah menerima akumulasi kartu kuning. Ketidakhadirannya menyebabkan lini belakang Bahrain kerap kali menjadi rapuh.

Akan tetapi, tim nasional Bahrain masih merupakan sebuah tim yang kuat. Dua bulan yang lalu, mereka berhasil menjadi pemenang dalam Piala Teluk usai mengalahkan Oman.

Sayangnya, kekuatan Bahrain menurun akibat tidak hadirnya Jenderal Pertahanan mereka, Amine Benaddi. Di sisi lain, para pemain Indonesia tampil dengan semangat tinggi didukung oleh lebih dari 75ribu pendukung serta kedatangan Presiden Prabowo Subianto.

Laga ketat antara Indonesia melawan Bahrain di Stadion Utama GBK Senayan yang penuh sesak dengan pendukung terbukti sungguh menguras tenaga bagi para atlet akibat suhu udaranya yang memanas. Kedua pemain, yaitu Ole Romeny dan Thom Haye, tampak amat lelah hingga perlu digantikan, sama halnya dengan Kevin Diks serta Ragnan Oratmangoen.

Kluivert juga cukup pandai menyisipkan pemain pengganti yang tampil tak mengkhianati harapan, dengan demikian tetap menjaga standar keunggulan tim, yakni Ivar Jenner, Eliano Reijnders, Sandy Walsh, Ricky Kambuaya, serta Ramadhan Sananta.

Meski Eliano Reijnders tampil dengan gaya bermain yang agresif dan terus-menerus mengancam gawang musuh, duetnya bersama Ricky Kambuaya belum membuahkan hasil. Sangkaan bahwa mereka akan mencetak gol perdana untuk tim nasional Indonesia tidak berhasil direalisasikan ketika umpan akurat dari Kambuaya melebar usai disontek oleh Eliano.

Tim Nasional Indonesia (3-4-2-1) terdiri dari: Maarten Paes (PG); Rizky Ridho, Jay Idzes, dan Justin Hubner; Kevin Diks, Calvin Verdonk, Joey Pelupessy, serta Thom Haye; Marselino Ferdinan dan Ragnar Oratmangoen di posisi tengah; dengan Ole Romeny sebagai ujung tombak. Pelatih tim ini adalah Patrick Kluivert.

Tim nasional Bahrain bermain dengan formasi 4-2-3-1: Ebrahim Lutfalla (penjaga gawang); Waleed Alhayam, Sayed Dhiya Saeed, Sayed Baqer, Ahmed Bughammar, Abdulla Alkhalasi; Mahdi Humaidan, Komail Alaswad, Ali Madan, Mohamed Marhoon, Mahdi Jabar Hasan. Pelatunya adalah Dragan Talajic (ygr).

Related posts