– Baru-baru ini, media sosial dihebohkan oleh postingan gambar
before-after
yang diciptakan oleh netizen
artificial intelligence
Gaya AI menyerupai karya Studio Ghibli.
Seorang pengguna media sosial yang mencoba tren ini adalah akun X, @G****S******, pada hari Rabu (26/3/2025).
”
Sangat keren nih kalau kamu mengirim foto bersama istrimu yang sudah diubah jadi gaya anime Studio Ghibli saat ini.”.
“(Alpha luarbiasa ketika mengirimkan gambar kalian yang sudah dirubah menjadi gaya studio animasi Ghibli ke istrimu),” tulisnya dalam cuitan tersebut.
Sampai Jumat (28/3/2025), cuitan tersebut telah ditonton sebanyak 31,6 juta kali dan dipuji oleh lebih dari 43.000 pengguna di platform X.
Versi paling baru dari ChatGPT OpenAI membolehkan peniruan hasil kreatif para seniman.
Dilansir dari
Independent
, Kamis (27/3/2025), CEO dari OpenAI yaitu Sam Altman menyebutkan bahwa perusahaan telah merancang suatu tools baru yang bisa mereplikasi gaya setiap seniman.
Satu di antaranya adalah percobaan menggambarkan gaya Studio Ghibli atau “Ghiblifikasi”.
Dijelaskan bahwa rilisan terbaru dari ChatGPT memberikan kemampuan kepada pengguna untuk mentransformasi foto mereka ke dalam gaya seni yang ikonik milik pendiri Studio Ghibli, Hayao Miyazaki.
Pengusaha dari Jerman bernama Janu Lingeswaran mencoba fitur terkini tersebut dengan memakai gambar kucing Ragdoll-nya yang bernama Mali pada hari Rabu, 26 Maret 2025.
Dia memohon pada ChatGPT agar mentransformasikan gambar Mali menjadi gaya Ghibli.
Akhirnya, timbul ilustrasi animenya yang kelihatan serupa dengan Mali tapi juga mengingatkan pada kucing-kucing ala Miyazaki di film “My Neighbor Totoro” ataupun “Kiki’s Delivery Service”.
Terpesona dengan hasil akhirnya, Lingeswaran juga menyatakan keinginannya untuk menampilkan kreasi itu di tembok rumahnya.
“Saya sungguh terpukau dengan hasil akhirnya. Saya merencanakan untuk memprint dan menempelkannya di tembok,” ujarnya.
Lingeswaran adalah representasi mini dari netizen yang bermain dengan fungsi untuk merubah gambar asli menjadi seperti kartun khas Studio Ghibli.
Sejumlah gambar yang telah ditransformasi menjadi gaya “Ghibli” bisa ditemukan online, termasuk foto atlet tembak senapan asal Turki, Yusuf Dikec, serta meme “Disaster Girl” yang memperlihatkan seorang gadis kecil berusia 4 tahun sedang melirik ke arah kamera dengan senyum manis ketika sebuah kebakaran hebat terjadi di belakangnya.
Seniman diskusikan aspek etika serta hak cipta terkait AI
Dikutip dari
AP News
, Jumat (28/3/2025), kehadiran trend tersebut pastinya menarik perhatian mengenai isu-etika dan hak cipta dari sebuah karya seni.
Karena, seorang seniman menghasilkan pendapatan melalui pembuatan sebuah karyanya.
Sehubungan dengan trend itu, Studio Ghibli belum memberikan komentar apa pun.
Studi dari Jepang serta distributor mereka di Amerika Utara pun enggan memberikan klarifikasi.
Karla Ortiz, seniman yang berkembang melalui pengamatan film-film Miyazaki semenjak kecil, mendakwa pencipta AI lain karena pelanggaran hak cipta.
Dia mengatakan bahwa OpenAI tak memedulikan hasil kreatif para seniman serta nasib pekerja seni mereka.
“Memakai merek dagang Ghibli, nama mereka, karyanya, dan reputasinya untuk mendukung produk (OpenAI),” ungkap Ortiz.
“itu disebut pencemaran nama baik. itu pengeksploitan,” katanya dengan tegas.
Ortiz menjadi semakin kesal saat pemerintah di bawah kepresidenan Donald Trump mengikutinya pada hari Kamis, 27 Maret 2025.
Pemerintah Amerika Serikat melalui akun resmi Twitter Gedung Putih memposting gambar dengan gaya Studio Ghibli tentang seorang perempuan asal Republik Dominika yang sedang menangis setelah dihentikan oleh petugas imigrasi AS beberapa waktu lalu.
Kediaman Putih bersama dengan OpenAI tidak memberikan klarifikasi mengenai sebab unggahannya gambar berstyle Ghibli tersebut.
“Miyazaki yang hebat ini diiris-irisan sampai menjadi sesuatu yang sungguh jelek,” kata Ortiz.
Dia berharap Studio Ghibli akan menuntut OpenAI secara penuh karena hal tersebut.
Di samping itu, partnernya dari firma hukum Pryor Cashman, Josh Weigensberg, malah mengajukan pertanyaan tentang apakah OpenAI telah mendapatkan lisensi atau persetujuan untuk melatih model kecerdasan buatan menggunakan karya-karyaStudio Ghibli.
Akan tetapi, OpenAI tidak merespons pertanyaan tersebut.
Weigensberg menyatakan bahwa apabila selembar kartu telah mendapatkan lisensi untuk latihan, mungkin akan masuk akal bagi suatu perusahaan untuk memperbolehkan tipe pemakaian fitur semacam itu.
Namun, apabila fitur “Ghibli-style” digunakan tanpa persetujuan dan imbalan yang sesuai, hal tersebut dapat menimbulkan masalah.



