.CO.ID – JAKARTA.
Pihak pemerintah berniat mengubah durasi pendidikan di beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), memperpanjangnya dari tiga tahun menjadi empat tahun.
Mentri Mulyadi mengatakan bahwa program pendidikan berdurasi empat tahun tersebut mencakup tiga tahun kurikulum standar ditambah dengan satu tahun tambahan yang difokuskan pada persiapan kerja di luar negeri.
“Beberapa SMK akan dirancang oleh kami dengan durasi studi empat tahun, bukannya tiga tahun seperti biasanya. Tahun keempat ini ditujukan sebagai persiapan bagi siswa agar dapat bekerja di luar negeri,” jelas Mu’ti saat berada di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta, pada hari Senin, tanggal 24 Maret 2025.
Sebanyak 707.622 Pelajar Menerima KJP Plus di Tahun 2025
Dengan peraturan ini, menurut Mu’ti, pihak pemerintahan bertujuan untuk memberikan jawaban atas masalah para alumni SMK yang masih kurang siap dalam hal pekerjaan.
Oleh karena itu, sebagian besar alumni SMK bercita-cita bekerja di luar negeri tetapi kurang mempunyai kesiapan tepat untuk meraih posisi kerja yang profesional.
” Kami mengharapkan mampu merespons masalah terkait banyaknya alumni SMK yang memang tertarik untuk bekerja di luar negeri, namun belum memiliki kesiapan yang cukup agar bisa pergi dan bertugas ke berbagai negara asing, ” katanya.
Pada peluang serupa, Menteri Tenaga Kerja Yassierli menyebutkan bahwa perpanjangan durasi belajar selama satu tahun dapat dijalankan usai menyelesaikan pendidikannya.
“Proyek ini cocok ditempatkan pada Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, tambahan lagi, kita di Kementerian Tenaga Kerja sedang berusaha menyusun salah satu aspek dari persiapan School to Work Transition yang berkaitan dengan keahlian digital,” jelas Yassierli.
Menurut Mendikti: Hanya 25% Dosen Berasal dari Program Doktoral, Pemerintah Dorong Lebih Banyak Beasiswa
Dia menegaskan kepentingannya supaya siswa SMA/SMK bisa bersiap menghadapi perubahan industri di waktu akan datang, sehingga nantinya tak begitu susah buat mereka yang baru lulus dalam proses adaptasi.
Menurut Yassierli, Indonesia telah mempersiapkan sumber daya manusia guna mengantisipasi perkembangan industri yang akan datang.
“Diharapkan nanti tidak akan menjadi suatu hal yang rumit bagi mereka dalam mengikuti pelatihan peningkatan keterampilan atau pembelajaran ulang keterampilan saat permintaan industri telah berubah,” jelasnya.
Dia menyebutkan bahwa Indonesia sedang mempersiapkan tenaga kerja agar dapat menghadapi perkembangan dalam industri di masa mendatang. Dia menjelaskan, “Konsep yang digunakan disebut Ekonomi Hijau. Saat ini kita berbicara tentang Revolusi Industri 4.0 dan kemungkinan akan ada Revolusi Industri 5.0,” kata Yassierli.







