Tiga Bersaudara Raup Jutaan Rupiah dari Jamur Tiram dengan Modal Serbuk Kayu

Tiga Bersaudara Raup Jutaan Rupiah dari Jamur Tiram dengan Modal Serbuk Kayu

Usaha Budidaya Jamur Tiram di Kampung Cibogo Timur, Serang

Di tengah perkembangan ekonomi yang semakin dinamis, tiga bersaudara di Kampung Cibogo Timur, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, berhasil membuktikan bahwa usaha budidaya jamur tiram bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan. Dengan skala rumahan, mereka mampu menghasilkan omzet jutaan rupiah setiap bulannya.

Usaha ini dimulai sejak tahun 2019 dan kini telah berjalan selama enam tahun. Rukmandi, salah satu dari ketiga bersaudara tersebut, menjelaskan bahwa proses pemasaran kini tidak lagi menjadi kendala. “Sekarang pembeli datang sendiri ke tempat kami,” ujarnya saat dihubungi.

Read More

Salah satu tantangan utama dalam menjalankan usaha ini adalah keterbatasan tenaga kerja. Seluruh proses produksi masih dilakukan secara manual. Untuk itu, mereka dibantu oleh para ibu-ibu di lingkungan sekitar, terutama para janda lanjut usia. Bantuan ini sangat berarti karena memudahkan proses produksi tanpa harus merekrut tenaga kerja tambahan.

Meski masih dilakukan di rumah, prospek usaha ini terlihat sangat menjanjikan. Rafiudin, kakak Rukmandi, mengaku awalnya hanya ikut-ikutan dalam usaha ini. Namun kini, ketiganya kompak menekuni budidaya jamur tiram. “Awalnya cuma bantu adik. Sekarang kami bertiga sama-sama menjalani usaha ini,” katanya.

Proses panen jamur tiram dapat dilakukan setiap hari, tergantung pada kualitas bibit dan perawatan yang diberikan. Masa produksi biasanya berlangsung selama lima bulan, terutama jika kondisi cuaca mendukung. “Jika bibitnya bagus, tiga bulan sudah bisa dipanen. Jika cuacanya stabil, bisa panen terus hingga lima bulan,” jelasnya.

Pada musim kemarau, media tanam berupa baglog cenderung kering dan membutuhkan penyiraman rutin setiap hari. Sementara itu, di musim hujan, jamur lebih cepat menyerap kelembapan. “Jika musim hujan, cukup disiram tiga hari sekali,” tambahnya.

Proses budidaya jamur tiram dimulai dari pembuatan baglog menggunakan serbuk kayu yang secara lokal disebut tai gaji dicampur dedak halus dan kapur. Campuran tersebut kemudian diayak, dimasukkan ke plastik khusus, lalu direbus dan didinginkan selama dua hingga tiga hari.

Harga jual jamur tiram di pasaran mencapai sekitar Rp13.000 per kilogram. Dengan rata-rata produksi harian mencapai 20 kilogram, usaha ini menghasilkan omzet jutaan rupiah setiap bulan. “Sehari bisa mendapatkan Rp260 ribu. Jadi jika dihitung per bulan, omzetnya bisa mencapai Rp5 juta sampai Rp7 juta,” tutup Rafiudin.

Dari segi potensi, usaha ini menunjukkan bahwa pertanian rumahan bisa menjadi alternatif yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan inovasi dan pengelolaan yang baik, budidaya jamur tiram bisa menjadi bisnis yang menjanjikan bagi banyak keluarga di daerah pedesaan.

Related posts