Indonesia Menyesali Serangan Israel ke Gereja Keluarga Kudus di Gaza:

Indonesia Menyesali Serangan Israel ke Gereja Keluarga Kudus di Gaza:

Pernyataan Resmi Pemerintah Indonesia terhadap Serangan ke Gereja Keluarga Kudus di Gaza

Pemerintah Indonesia menyampaikan pernyataan resmi mengenai serangan yang menargetkan Gereja Keluarga Kudus di Jalur Gaza, yang merupakan satu-satunya gereja Katolik di kawasan tersebut. Dalam pernyataannya, pihak berwenang menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional dan kesucian tempat ibadah.

Serangan yang terjadi pada hari Kamis (17/7/2025) menimbulkan korban jiwa serta kerusakan parah pada bangunan gereja dan fasilitas sekitarnya. Menurut laporan dari Kementerian Luar Negeri RI, serangan tersebut juga menimbulkan luka pada sejumlah penduduk sipil, termasuk pastor paroki setempat. Hal ini memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Italia dan komunitas internasional.

Read More

Pelanggaran terhadap Hukum Humaniter Internasional

Kementerian Luar Negeri RI menegaskan bahwa serangan terhadap situs keagamaan seperti Gereja Keluarga Kudus tidak dapat dibenarkan. Mereka menekankan bahwa tempat-tempat ibadah, fasilitas medis, dan infrastruktur sipil lainnya harus dilindungi oleh hukum internasional. Selain itu, pihak berwenang menilai bahwa tindakan Israel tidak mencerminkan komitmen kuasa pendudukan terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan.

Pernyataan ini juga menyoroti pentingnya kepedulian terhadap korban luka-luka dan keluarga yang terkena dampak serangan. Seperti diberitakan oleh media lokal, beberapa warga Palestina, termasuk anak-anak penyandang disabilitas, mengalami cedera dalam insiden tersebut.

Reaksi dari Komunitas Internasional

Selain pemerintah Indonesia, pihak internasional juga mengecam tindakan Israel. Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyampaikan kecaman terhadap serangan yang menyerang Gereja Keluarga Kudus. Ia menilai bahwa tindakan militer Israel terhadap penduduk sipil tidak dapat diterima dan tidak ada alasan yang dapat membenarkan tindakan tersebut.

Di sisi lain, organisasi bantuan seperti Caritas Yerusalem melaporkan adanya korban jiwa dari para petugas kebersihan dan warga lanjut usia yang tinggal di kompleks gereja. Sementara itu, video yang dipublikasikan oleh aktivis Palestina menunjukkan kondisi Pastor Gabriel Romanelli, yang terluka akibat serangan tersebut.

Pengaruh terhadap Komunitas Kristen dan Muslim

Gereja Keluarga Kudus bukan hanya menjadi tempat ibadah bagi umat Katolik, tetapi juga melindungi warga Kristen dan Muslim yang terpaksa mengungsi sejak Oktober 2023. Menurut Fadel Naem, direktur sementara Rumah Sakit Al-Ahli, sejumlah korban luka-luka telah diterima di sana, termasuk seorang anak penyandang disabilitas, dua wanita, dan seorang lansia.

Sementara itu, juru bicara tentara penjajah menyatakan bahwa mereka sedang melakukan investigasi terkait klaim kerusakan pada gereja dan korban luka-luka. Namun, masyarakat setempat masih merasa khawatir atas perlindungan yang tidak cukup dari aparat keamanan Israel.

Tindakan dan Upaya untuk Menghentikan Kekerasan

Dalam konteks yang lebih luas, kekerasan terhadap pemukim Israel semakin meningkat, terutama di wilayah Tepi Barat. Beberapa desa seperti Taybeh, yang merupakan salah satu desa Kristen terakhir di kawasan tersebut, sering menjadi target serangan. Gereja Santo George dan pemakamannya pun pernah dibakar oleh para ekstremis.

Para pejabat Vatikan, termasuk Patriark Latin Yerusalem, Kardinal Pierbattista Pizzaballa, menyatakan bahwa situasi di Tepi Barat sangat memprihatinkan. Mereka menekankan bahwa hukum kekuasaan yang berlaku saat ini justru mengabaikan hak-hak dasar manusia. Dalam sebuah pernyataan, mereka menyerukan agar semua pihak bekerja sama untuk menjaga keamanan dan kedamaian di kawasan tersebut.

Kesimpulan

Insiden serangan terhadap Gereja Keluarga Kudus di Gaza menunjukkan betapa seriusnya konflik di kawasan tersebut. Pernyataan pemerintah Indonesia dan reaksi internasional menunjukkan bahwa kekerasan terhadap tempat ibadah dan warga sipil tidak dapat diterima. Diperlukan langkah konkret dari komunitas internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB, untuk menghentikan kekerasan dan menciptakan solusi damai.

Related posts